TERBUKTI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT LEBIH PRODUKTIF DAN EFISIEN

[:id]Maraknya isu negatif khususnya terkait lingkungan, menghambat pengembangan kelapa sawit. Padahal, saat ini kelapa sawit penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) cukup besar dan volume ekspor produk kepala sawit seperti Crude Palm Oil (CPO) ke pasar Eropa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

Seperti yang disampaikan Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit, Bayu Krisnamurthi di Hotel Borobudur, Jakarta, pada Senin (3/10/2016), bahwa sampai Desember tahun ini saja ekspor produk sawit Indonesia diperkirakan 5,8-6 juta ton, atau naik dari ekspor produk tahun lalu sebesar 5,3 juta ton. Sementara untuk angka ekspor hingga Agustus 2016 saja sudah mencapai 4,35 juta ton.

“Situasi ini menarik, kita sampaikan bahwa di tengah isu yang menyangkut sawit di Eropa, ternyata ekspor sawit Indonesia ke Eropa terus meningkat jumlahnya,” jelas Bayu.

“Ini menunjukkan betapa kuatnya produk sawit kita di Eropa, di tengah beberapa masalah yang menghadapi isu sawit kita di Eropa,” tambahnya.

Bayu merinci mengenai ekspor produk sawit ke Eropa pada tahun 2012 tercatat sebesar 3,6 juta ton, tahun 2013 naik menjadi 4,8 juta ton, kemudian kembali mengalami tren positif di tahun 2014 sebesar 5 juta ton.

Menurut Bayu, sampai Agustus 2016, ekspor produk kelapa sawit didominasi oleh Belanda sebesar 1,74 juta ton, diikuti Spanyol 859 ribu ton, Italia 657 ribu ton, Rusia 450 ribu ton, dan Ukraina 235 ribu ton.

“Belanda memang yang terbesar. Banyak yang memperkirakan kalau Belanda ini hanya pintu masuk saja, di Pelabuhan Rotterdam. Sebelum kemudian diekspor lagi ke negara lainnya,” ujar mantan Wakil Menteri Perdagangan ini.

Minyak sawit juga berkontribusi menyediakan kebutuhan pangan dunia. Murahnya harga minyak sawit dibandingkan minyak nabati lain merupakan keunggulan minyak sawit. Jadi, terbukti perkebunan kelapa sawit lebih produktif dan efisien.

Jadi isu-isu negatif tentang kelapa sawit sebenarnya tidak terlepas dari “perang dagang” yang di lakukan oleh setiap negara untuk melindungi keberlangsungan pertaniannya.

Sumber :
Marketing Communication

 

 

 [:en]Widespread negative issues connected to the environment hindered development of palm trees. Actually, presently palm tree oil is a great contributor to the National Domestic Gross Product and exports of crude palm tree oil (CPO) to Europe increased yearly.

As addressed by the President Director of Palm Oil Plantations Financial Management (BPDP) Mr. Bayu Krisnamurthi in Borobudur Hotel Jakarta last Monday Oct.3, that until December this year alone Indonesian palm oil exports estimated 5.8 to 6 million tons, or increased from last year’s exports of 5.3 million tons. Temporary figures in August was 4.35 million tons.

“This is a very interested situation. I say that amid issues connected to palm oils in Europe, it turns out that Indonesian exports to Europe continuously increased in quantity.”

“This indicates how strong our palm oil products are in Europe amid problems and issues faced there.” He added and described that palm oil exports to Europe in 2012 recorded as 3.6 million tons, in 2013 increased to be 4.8 million tons afterwards again experienced a positive trend in 2014 to be 5 million tons.

According to Bayu, until August this year, palm oil exports dominated by the Netherlands 1.74 million tons, followed by Spain 859,000 tons, Italy 657,000 tons, Russia 450,000 tons and Ukraine 235,000 tons. “Netherlands is the biggest and many believed that Rotterdam is the entrance before re-exported to other countries”. Said the ex-Vice Trade Minister.

Palm oil also contributed in fulfilling the world need for food. The economical price of palm oil compared to other vegetable oils, palm oil became superior and proved that palm oil plantations are more productive and efficient. Therefore, negative issues regarding palm oil was unavoidable from “trade wars” performed by any country to protect their farms.

Source:
Marketing Communication

 [:]