Limbah Sawit Berpotensi Kurangi Emisi, MUTU International Pastikan Standar Keberlanjutan

DEPOK – Industri kelapa sawit berpotensi berkelanjutan dengan mengolah limbah sebagai energi bersih. Limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Kepala International Research Institute for Environment and Climate Change IPB, Rizaldi Boer, menyebut POME mengandung metana yang berpotensi menyebabkan pemanasan global hingga 25 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida (CO₂). Oleh karena itu, pengolahan limbah menjadi energi bersih terus didorong guna menekan jejak karbon industri sawit.

“Pengelolaan limbah yang baik tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membuka peluang bagi industri dalam transisi energi bersih. Dengan teknologi ramah lingkungan, industri sawit dapat mengoptimalkan limbah sebagai energi alternatif sekaligus memperkuat komitmen keberlanjutan,” ujar Presiden Direktur PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU International), Arifin Lambaga, di Depok, Jawa Barat (12/03).

Salah satu solusi utama mencakup penerapan teknologi biogas yang memungkinkan metana dalam POME dikonversi menjadi biomethane, sehingga emisi GRK dapat ditekan hingga 95%. Selain itu, limbah padat seperti Tandan Kosong Sawit (TKS) juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif untuk menggantikan energi fosil yang selama ini digunakan dalam operasional pabrik sawit.

Pengelolaan limbah sawit yang optimal mendukung target pengurangan emisi GRK yang diperkirakan sebesar 31,89% pada 2030. Saat ini, emisi industri sawit masih mencapai 143 juta ton CO₂ equivalent per tahun atau sekitar 18% dari total emisi nasional.

Menurut Arifin, agar potensi ini berjalan secara konsisten dan terukur, pengelolaan limbah industri kelapa sawit perlu diselaraskan dengan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Sertifikasi ini memastikan industri menerapkan prinsip keberlanjutan dalam aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola. Selain menitikberatkan pada efisiensi pengelolaan limbah, ISPO juga mendorong penerapan teknologi ramah lingkungan seperti biogas dan biochar guna mengurangi emisi serta meningkatkan efisiensi energi.

“Dengan penerapan standar ISPO dan teknologi ramah lingkungan, industri kelapa sawit dapat semakin berkembang lebih transparan, dan bertanggung jawab.  Langkah ini tidak hanya mempercepat transisi energi bersih, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pelopor industri sawit berkelanjutan yang mendukung target pengurangan emisi nasional.” tutup Arifin Lambaga.

 

Sumber :
Kantor Komunikasi
PT MUTUAGUNG LESTARI TBK