13 Jan Sektor yang Berperan Besar Menyumbang Emisi Karbon di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara dengan ekonomi besar di Asia Tenggara memiliki sejumlah sektor yang menjadi kontributor utama emisi karbon. Untuk mencapai target net-zero emission pada 2060, diperlukan transisi energi bersih, pengelolaan tata guna lahan yang lebih baik, dan efisiensi beberapa sektor penyumbang utama emisi karbon. Berikut terdapat beberapa sektor penyumbang emisi karbon di Indonesia.
Sektor Energi
Sektor energi seperti pembangkit listrik dan transportasi menjadi penyumbang utama emisi karbon di Indonesia.
Pada sub sektor pembangkit listrik, penggunaan bahan bakar fosil, terutama batu bara, untuk pembangkitan listrik menyumbang emisi karbon yang sangat tinggi. Sebagai contoh, PLTU Suralaya di Banten, salah satu pembangkit listrik tenaga uap berbasis batu bara terbesar di Indonesia, menyumbang emisi karbon besar akibat pembakaran batu bara.
Sub sektor transportasi juga menyumbang emisi karbon dengan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bensin dan solar. Hal ini mengakibatkan tingginya tingkat polusi udara lantaran kendaraan yang belum beralih menggunakan energi lebih ramah lingkungan. Hal ini mencakup transportasi darat, laut, dan udara.
Sektor Kehutanan dan Tata Guna Lahan
Pada sektor kehutanan dan perubahan tata guna lahan, kontribusi emisi karbon dihasilkan dari kegiatan deforestasi, degradasi hutan, dan konversi lahan menjadi perkebunan atau area industri. Adanya bencana seperti kebakaran hutan juga dapat dipicu dengan kegiatan pembukaan lahan baru dengan cara membakar lahan tersebut.
Sektor Pertanian
Kegiatan pertanian juga berkontribusi menuyumbang emisi karbon dalam kaitannya dengan emisi gas rumah kaca seperti metana (CH₄) dari peternakan dan sawah irigasi, serta nitrous oxide (N₂O) dari penggunaan pupuk kimia. Metana ini dapat muncul dari proses anaerobik tanah dan limbah ternak sapi.
Sektor Industri dan Manufaktur
Sektor industri di Indonesia menyumbang emisi karbon besar melalui proses produksi, konsumsi energi berbahan bakar fosil, dan limbah industri. Jenis emisi ini berasal dari pembakaran langsung bahan bakar fosil dan reaksi kimia dalam proses produksi.
Contohnya, dalam produksi semen, proses kalsinasi di pabrik semen, di mana batu kapur (kalsium karbonat) diubah menjadi kalsium oksida, menghasilkan karbon dioksida sebagai produk sampingan. Kemudian dalam industri baja, pabrik baja menggunakan blast furnace yang mengandalkan kokas (sejenis batu bara) untuk menghasilkan panas tinggi.
Sektor Pengelolaan Limbah
Serupa dengan sektor pertanian, sektor pengelolaan limbah menyumbang emisi karbon dari emisi metana yang berasal dari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dan limbah cair domestik. Terlebih, bagi TPA yang sampahnya menggunung menjadi penghasil emisi metana yang cukup besar di Indonesia.
Sektor Pertambangan
Kegiatan pertambangan menjadi sektor yang menyumbang emisi karbon cukup signifikan. Dengan adanya pembukaan lahan dengan cara penebangan hutan, maka emisi karbon dihasilkan dari pelepasan karbon yang tersimpan di vegetasi.
Dalam penggunaan alat berat yang berbahan bakar diesel, maka muncul emisi karbon secara langsung. Tak hanya penggunaan alat berat, dalam proses transportasi dan pengolahan yang menggunakan bahan bakar fosil maka hal ini menyumbang bertambahnya emisi karbon.
Sektor Bangunan
Bangunan, baik dalam konstruksi maupun operasional, menjadi salah satu penyumbang emisi karbon. Dalam tahap konstruksi, emisi karbon dihasilkan dari penggunaan semen, baja, dan bahan konstruksi lain yang memiliki jejak karbon tinggi.
Dalam tahap operasional, emisi karbon muncul dari pemakaian energi untuk pendingin udara, pemanas, dan pencahayaan, yang sebagian besar masih bergantung pada listrik dari bahan bakar fosil. Selain itu, dalam pengelolaan limbah konstruksi, limbah yang dihasilkan dari pembongkaran dan renovasi sering kali tidak dikelola dengan baik, menghasilkan emisi tambahan.