12 Jan Peran Hutan dalam Atasi Emisi Karbon
Hutan memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim melalui kemampuannya untuk menyerap dan menyimpan karbon dari atmosfer. Proses ini dikenal sebagai carbon sequestration. Hutan berperan dalam penyerapan karbon serta kaitannya dengan pengurangan emisi karbon, diantaranya adalah sebagai berikut
-
Mekanisme Penyerapan Karbon oleh Hutan
Hutan menyerap karbon melalui proses fotosintesis. Selama proses ini, pohon dan tumbuhan menggunakan karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer, air, dan sinar matahari untuk menghasilkan oksigen dan bahan organik (seperti kayu, daun, dan akar). Kemudian, biomassa hutan (batang, daun, akar, dan tanah) berfungsi sebagai penyimpan karbon (carbon stock).
Hutan yang sehat dapat menyerap sejumlah besar karbon, sehingga membantu mengurangi konsentrasi CO₂ di atmosfer.
-
Peran Hutan dalam Menyerap Karbon
Sebagai penyerap karbon alami
Hutan tropis, seperti di Indonesia (misalnya, Hutan Kalimantan, Papua, dan Sumatra), merupakan salah satu penyerap karbon alami terbesar di dunia. Hutan-hutan ini mampu menyerap sekitar 2,4 miliar ton CO₂ setiap tahun secara global. Satu hektar hutan tropis dapat menyerap rata-rata 50 ton CO₂ selama masa hidupnya.
Sebagai penyimpan karbon jangka panjang
Karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan dapat tetap terperangkap selama ratusan tahun, terutama jika pohon tidak ditebang atau dibakar. Tanah hutan juga menyimpan karbon dalam bentuk bahan organik yang terdekomposisi.
Melindungi ekosistem lain
Hutan mangrove dan hutan rawa gambut tidak hanya menyerap karbon tetapi juga melindungi ekosistem pesisir dan menyimpan karbon di tanah basah mereka, yang dikenal sebagai karbon biru (blue carbon).
-
Pengurang Emisi Karbon
Mengimbangi emisi dari sektor lain
Hutan berfungsi sebagai carbon offset, di mana karbon yang diserap hutan dapat digunakan untuk mengimbangi emisi dari sektor lain seperti energi, transportasi, dan industri.
Mendukung target net zero emission
Hutan memainkan peran kunci dalam membantu negara-negara mencapai target netral karbon. Di Indonesia, misalnya, Restorasi Ekosistem Rawa Gambut (REDD+ Program) berkontribusi pada pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.
Mengurangi dampak deforestasi
Deforestasi, pembukaan lahan, dan kebakaran hutan melepaskan karbon yang tersimpan ke atmosfer. Reforestasi (penanaman kembali hutan) dan aforestasi (penanaman di lahan baru) menjadi solusi penting untuk mengurangi dampak tersebut.
-
Tantangan Hutan sebagai pengurang emisi karbon
Indonesia kehilangan jutaan hektar hutan setiap tahun akibat pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan kelapa sawit, dan infrastruktur. Hal ini melepaskan karbon yang tersimpan dan mengurangi kapasitas hutan untuk menyerap karbon.
Kebakaran hutan, terutama di lahan gambut, dapat melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer. Kebakaran lahan gambut dapat melepaskan karbon yang tersimpan selama ribuan tahun. Program konservasi hutan seringkali menghadapi keterbatasan dana, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.
-
Memaksimalkan Peran Hutan sebagai Pengurang Emisi Karbon
Restorasi Hutan
Restorasi hutan sebagai upaya mengurangi emisi karbon dilakukan dengan reforestasi (penanaman kembali pohon di lahan yang sebelumnya merupakan hutan) atau aforestasi (penanaman pohon di lahan tandus)
Selain itu, hal ini juga dapat dilakukan dengan restorasi ekosistem gambut dan mangrove, lantaran hutan gambut dan mangrove memiliki kapasitas luar biasa untuk menyimpan karbon (karbon biru).
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Pendekatan sustainable forestry management melibatkan pemanfaatan hutan untuk kayu, produk non-kayu, dan ekowisata tanpa merusak ekosistem. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan Inisiatif Hutan Kemasyarakatan dengan memberdayakan masyarakat lokal dalam mengelola hutan dengan sistem agroforestri yang ramah lingkungan.
Pembiayaan dan Perdagangan Karbon
Mekanisme pembiayaan berbasis karbon memungkinkan proyek konservasi hutan memperoleh pendanaan melalui pengurangan emisi karbon, misalnya Proyek REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation).
Hutan yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan kredit karbon yang diperdagangkan di pasar karbon. Di Indonesia, peluang yang dapat dimaksimalkan seperti adanya Kebijakan perdagangan karbon domestik dan internasional seperti skema Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) di Uni Eropa dapat mendukung pendanaan hutan.