Energi Terbarukan: Masa Depan Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission

Energi Terbarukan: Masa Depan Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission

Transisi energi terbarukan merupakan hal fundamental dalam mencapai emisi nol bersih (net zero emission) dan membentuk masa depan sektor energi Indonesia. 

Hubungan antara energi baru terbarukan dengan emisi nol bersih ini penting pasalnya, tidak hanya untuk memitigasi terjadinya perubahan iklim, namun juga untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan keamanan energi di Indonesia.

Emisi Nol Bersih

Emisi nol bersih mengacu kepada jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang dipancarkan ke atmosfer dan jumlah yang dihilangkan darinya. Mencapai emisi nol bersih artinya emisi yang tersisa diimbangi oleh proses yang menghilangkan gas rumah kaca dari atmosfer, seperti reboisasi atau teknologi penangkapan karbon.

Peran Energi Terbarukan dalam Mencapai Emisi Nol Bersih

Sumber energi baru terbarukan seperti tenaga surya, angin, hidro dan geothermal biasanya menghasilkan sedikit atau bahkan tidak menghasilkan emisi GRK sama sekali selama masa pengoperasiannya.

Dengan mengganti bahan bakar fosil (batu bara, minyak dan gas) dengan energi terbarukan, negara-negara dapat mengurangi jejak karbon mereka secara signifikan.

Komitmen Indonesia dalam Energi Terbarukan dan Emisi Nol Bersih

Indonesia memiliki target untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060. Saat ini pemerintah telah memulai langkah transisi energi dari sektor energi batu bara menjadi energi baru terbarukan.

Memanfaatkan Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia

Energi geothermal (panas bumi)

Sebagai contoh, Indonesia memiliki pembangikt listrik tenaga panas bumi bernama Sarulla Geothermal Power Plant yang berlokasi di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. 

Sarulla ini digadang-gadang menjadi salah satu pembangkit listrik panas bumi terbesar di dunia dengan kapasitas total 330 MW.

Adanya pembangkit listrik panas bumi ini dapat berkontribusi secara signifikan untuk mengurangi emisi GRK dan dapat menyediakan energi bersih untuk sekitar 2,1 juta rumah tangga. 

Indonesia sendiri berencana untuk meningkatkan kapasitas geothermal dari 2.100 MW pada tahun 2020 menjadi 7.200 MW pada tahun 2025. Perluasan ini akan memanfaatkan cadangan panas bumi yang ada di Indonesia, yang diperkirakan mencapai 29.000 MW.

Energi Surya

Cirata Floating Solaw Power Plant menjadi Pembangikt Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang digadang-gadang akan menjadi yang terbesar di jenisnya untuk wilaya Asia Tenggara dan terbesar ketiga di Dunia.

Berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat, PLTS Cirata memiliki kapasitas 192 MW. Saat beroperasi nantinya, PLTS ini dapat menyediakan energi listrik untuk sekitar 50.000 rumah dan mengurangi emisi CO2 sekitar 214.000 ton per tahun. 

Menariknya, teknologi surya apung ini juga dapat meminimalisir penggunaan lahan dan mengurangi penguapan air dari waduk. Kedepannya, rencana indonesia untuk mengembangkan proyek PLTS apung di banyak danau dan waduk ini dapat berpotensi menyediakan kapasitas 60.000 MW listrik.

Energi Angin

Sidrap Wind Farm menjadi kebun angin komersial pertama di Indonesia yang kapasitasnya dapat mencapai 75 MW. adanya kebun angin komersial ini  dapat menyediakan energi bersih untuk sekitar 70.000 rumah dan mengurangi emisi CO2 sekitar 100.000 ton per tahun.

 

Memanfaatkan Potensi Energi Terbarukan

Target Energi Terbarukan

Kebijakan Energi Nasional Indonesia menargetkan 23% energi terbarukan dalam bauran energi pada tahun 2025 dan 31% energi terbarukan pada tahun 2050. Selain itu, penyusunan regulasi juga terus digencarkan. 

Salah satu contoh regulasi yang mendukung energi terbarukan adalah Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik, yang menyediakan insentif, menyederhanakan proses perizinan, dan mewajibkan perusahaan milik negara untuk memprioritaskan pengadaan energi terbarukan.

Penghentian bertahap Batu Bara

Indonesia telah berkomitmen untuk menghentikan pertambangan batu bara dengan total kapasitas 9.2 GW pada tahun 2030. 

Selain itu, pemerintah juga telah mengenakan moratorium atau penangguhan pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang belum dalam tahap konstruksi atau masih dalam tahap perencanaan, dengan investasi menggunakan energi terbarukan.

Manfaat Ekonomi dan Sosial Transisi Energi Terbarukan

Lapangan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Dengan adanya energi terbarukan, maka terbuka lapangan pekerjaan baru. Sebagai contoh, dengan dibangunnya Cirata Floating Solar Plant, telah menciptakan banyak lapangan pekerjaan dalam masa pembangunan. Hal ini tentunya akan terus bertambah seiring dengan berjalannya Solar Plant tersebut.

Selain itu, energi terbarukan mendorong industri lokal untuk memproduksi panel surya dan turbin angin, yang mana dapat berkontribusi untuk diversifikasi ekonomi.

Manfaat Lingkungan dan Kesehatan

Transisi ke energi terbarukan mengurangi polutan udara yang dikeluarkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, yang mengarah pada peningkatan kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Hal ini berdampak langsung pada pengurangan penyakit pernapasan yang kerap diderita masyarakat Indonesia dengan kualitas udara buruk, sehingga dapat mengurangi biaya perawatan kesehatan.

Proyek energi terbarukan seringkali memiliki jejak ekologis yang lebih kecil dibandingkan dengan ekstraksi dan pembakaran bahan bakar fosil, sehingga dapat membantu konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.