15 Aug 10 Daerah di Indonesia dengan Perkebunan Kelapa Sawit Terluas
Perkebunan kelapa sawit telah menjadi lanskap ikonik Indonesia, membentang dari ujung Sumatera hingga Kalimantan. Industri ini tumbuh dan berkembang seiring waktu, kini mendominasi perekonomian negara dan menjadikan Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Di balik keberhasilan tersebut, terdapat keragaman yang luar biasa dalam skala, metode, dan hasil produksi di antara berbagai daerah di Indonesia. Ingin tahu lebih lanjut tentang bagaimana perkebunan ini tersebar di seluruh nusantara dan kontribusinya terhadap industri kelapa sawit negara? Simak penjelasannya di sini!
10 Provinsi di Indonesia yang Memiliki Luas Perkebunan Kelapa Sawit Terbesar
Indonesia memimpin produksi dan ekspor minyak kelapa sawit di dunia, dengan luas total perkebunan mencapai 14,9 juta hektare. Pada tahun 2022, perkiraan produksi minyak kelapa sawit mencapai sekitar 45,58 juta metrik ton berdasarkan data dari Statista.
Kedua total tersebut didapatkan dari hasil kontribusi 10 daerah yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia, ada apa saja?
Nomor 1, Riau
Riau, yang terletak di pesisir timur Sumatera, adalah jantung industri kelapa sawit di Indonesia. Dengan luas lahan kelapa sawit mencapai 2.741.621 hektare pada tahun 2021, Riau memimpin dalam produksi kelapa sawit di Indonesia.
Menurut data BPS, produksi kelapa sawit di Riau mencapai 3.853.271 ton pada tahun 2021. Namun, produksi kelapa sawit di Riau bukanlah hasil dari satu daerah saja.
Ada 10 kabupaten dan 2 kota di Riau yang berkontribusi terhadap produksi ini, masing-masing dengan jumlah produksi yang berbeda-beda. Empat daerah di Riau bahkan mampu menghasilkan lebih dari 500 ribu ton kelapa sawit per tahunnya.
Kabupaten Rokan Hulu memimpin dalam produksi kelapa sawit di Riau, dengan produksi mencapai 690.943 ton pada tahun 2021.
Diikuti oleh Kabupaten Pelalawan dengan produksi sebanyak 646.192 ton, Kabupaten Kampar dengan produksi 560.138 ton, dan Kabupaten Rokan Hilir dengan total produksi 511.349 ton.
Nomor 2, Kalimantan Barat
Kalimantan Barat telah menempatkan dirinya sebagai salah satu provinsi terdepan dalam produksi kelapa sawit di Indonesia, dengan luas perkebunan yang mencapai angka signifikan sebesar 2.017.456 hektare.
Menurut informasi dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar, pada tahun 2023, daerah ini akan menerima dana bagi hasil dari pemerintah pusat dengan jumlah minimal sebesar Rp1 miliar.
Dana tersebut merupakan bagian dari komitmen pemerintah pusat untuk mendukung daerah-daerah penghasil kelapa sawit di seluruh Indonesia.
Dengan adanya dukungan tersebut, diharapkan Kalbar dapat terus meningkatkan produksi kelapa sawitnya, sekaligus memastikan bahwa perkebunan berjalan dengan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Nomor 3, Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Tengah di Indonesia dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kelapa sawit utama, yang memberikan sumbangan yang penting kepada perkembangan ekonomi nasional dan regional melalui penanganan dan produksi komoditas ini.
Data statistik terkait perkebunan yang diambil dari Angka Tetap Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2018 menunjukkan bahwa luas keseluruhan areal perkebunan di wilayah ini adalah 1.922.083 hektar.
Dari jumlah tersebut, area yang dikhususkan untuk perkebunan kelapa sawit mencakup 1.520.937 hektar. Terinci lebih lanjut, lahan perkebunan besar yang dikelola oleh sektor swasta mencakup 1.354.011 hektar, sementara lahan perkebunan rakyat sebesar 166.926 hektar.
Produksi kelapa sawit di wilayah ini menjangkau angka yang signifikan yaitu 5.158.524 ton. Dalam rincian tersebut, produksi dari Perkebunan Rakyat mencapai 277.701 ton, sedangkan dari Perkebunan Besar Swasta sebanyak 4.880.823 ton. Ini menunjukkan peran vital sektor swasta dalam industri ini.
Selain itu, Kalimantan Tengah juga berhasil dalam produksi CPO, dengan total produksi sebesar 8.806.401 ton setiap tahunnya. Hal ini memberikan kontribusi sekitar 25,3% terhadap jumlah keseluruhan Produksi CPO di tingkat nasional, yang diperkirakan mencapai 34.700.000 ton per tahun.
Kontribusi ini menegaskan posisi Kalimantan Tengah sebagai salah satu pilar penting dalam industri kelapa sawit Indonesia. Selain itu juga menyoroti perannya dalam mendukung ekonomi dan pengembangan daerah serta nasional.
Nomor 4, Sumatera Utara
Sumatera Utara menempati posisi keempat dengan areal lahan kelapa sawit yang mencapai 1.373.273 hektare. Pada tahun 2020, produksi tandan buah segar di Sumatera Utara mencapai angka 22.254.429,26 ton, menunjukkan betapa vitalnya peran provinsi ini dalam menyokong industri kelapa sawit nasional.
Sebagai salah satu kabupaten penghasil sawit di Sumatera Utara, Kabupaten Batu Bara telah menunjukkan komitmennya untuk mendukung industri kelapa sawit.
Kabupaten Batu Bara sendiri berkomitmen untuk mengembangkan industri kelapa sawit sebagai salah satu sumber daya unggulan di kabupaten tersebut.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah provinsi, Kabupaten Batu Bara berupaya untuk memajukan pembangunan di wilayahnya dengan berlandaskan industri kelapa sawit yang berkelanjutan.
Nomor 5, Kalimantan Timur
Kelapa sawit mendominasi hasil perkebunan di Kalimantan Timur dengan kontribusi mencapai 80%. Luas areal perkebunan kelapa sawit di provinsi ini mencapai 53% dari total luas areal perkebunan di seluruh Kalimantan, yakni 1.254.224 hektare.
Sesuai dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), produksi CPO dari Kalimantan Timur diharapkan dapat mendorong Indonesia menjadi produsen CPO terbesar di dunia.
Dalam MP3EI, diprediksi bahwa pada tahun 2025, Indonesia akan mampu memproduksi lebih dari 20 juta ton CPO setiap tahunnya. Kalimantan Timur akan berkontribusi signifikan dengan program kebun kelapa sawit yang mencapai satu juta hektare.
Nomor 6, Sumatera Selatan
Komoditas sawit telah menjadi salah satu pilar ekonomi utama bagi provinsi Sumatera Selatan. Dengan 17 kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Selatan, semua daerah tersebut berkontribusi sebagai penghasil sawit.
Namun, ada lima kabupaten yang menonjol sebagai produsen utama: Kabupaten Banyuasin (569, 345,00 ton), Kabupaten Musi Rawas (427, 076,00 ton), Kabupaten Ogan Komering Ilir (370, 215,00 ton), Kabupaten Musi Rawas Utara (304, 992,00 ton), dan Kabupaten Muara Enim (222,405,00 ton).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan, produksi sawit di provinsi ini terus menunjukkan tren positif. Pada tahun 2022, produksi sawit mencapai 3.449.202 ton, dengan jumlah luas lahan 1.191.401 hektare.
Nomor 7, Jambi
Laporan dari Universitas Jambi menyatakan bahwa Provinsi Jambi telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi petani lokal dengan menyumbangkan jumlah dana dalam triliunan rupiah melalui ekspor CPO dan produk turunannya.
Provinsi Jambi telah melibatkan sekitar 638.000 petani dalam mengelola perkebunan kelapa sawit, dengan luas total perkebunan mencapai 1.034.804 hektare.
Dampaknya terhadap ekonomi sangat signifikan, karena Pemerintah Provinsi Jambi berhasil mencapai 29,8% dari PDB, yang berkontribusi pada pengurangan angka pengangguran dan pembangunan provinsi.
Selain itu, Jambi juga telah dipilih sebagai lokasi pilot project penelitian unggulan sawit 4.0 oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi kelapa sawit, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi.
Nomor 8, Aceh
Provinsi Aceh memiliki potensi besar dalam pengembangan industri kelapa sawit dengan luas lahan mencapai 487.526 hektare. Joko Supriyono sebagai Ketua Umum GAPKI, optimistis bahwa Aceh dapat berkembang pesat sebagai pilihan jalur ekspor baru.
Untuk mendukung upaya tersebut, Aceh perlu mengembangkan fasilitas seperti infrastruktur, serta meningkatkan kapasitas produksi sawit secara signifikan.
Joko Supriyono yakin bahwa dengan langkah-langkah ini, Aceh dapat menjadi pusat industri pengolahan kelapa sawit dan menjadi jalur ekspor bagi Indonesia ke Pakistan dan India.
Selain itu, Aceh juga memiliki potensi dalam inovasi produk olahan kelapa sawit. SMK Kemenperin di Aceh telah menjadi pusat inovasi produk olahan kelapa sawit, menunjukkan bahwa Aceh tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pengolahan dan inovasi produk.
Nomor 9, Kalimantan Selatan
Dengan luas kebun kelapa sawit mencapai 497.261 hektare, Kalimantan Selatan menjadi rumah bagi 89 perusahaan perkebunan besar, baik swasta maupun negara. Selain itu, perkebunan rakyat juga berperan penting dengan luasan mencapai 106.000 hektare.
Kalsel menaungi 45 pabrik pengolahan kelapa sawit, yang menghasilkan CPO sebanyak 1.561.147 ton setiap tahunnya. Di wilayah ini, industri hilir tumbuh cepat, ditandai dengan keberadaan dua pabrik minyak goreng yang mampu memproduksi 5.500 ton setiap hari, serta dua pabrik biodiesel dengan kapasitas harian 2.500 ton.
Dalam upaya membangun industri kelapa sawit secara berkelanjutan di Kalimantan Selatan, strategi yang diadopsi adalah melaksanakan regulasi dan menyelesaikan masalah hukum dan legalitas lahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga berkomitmen untuk menjamin berlakunya hukum dan menyusun kebijakan-kebijakan provinsi yang mendukung perkembangan sektor kelapa sawit.
Salah satu langkah yang diambil adalah mengembangkan kemitraan antara lembaga-lembaga perkebunan kelapa sawit.
Nomor 10, Sumatera Barat
Menurut data dari Pemerintah Provinsi Sumbar pada tahun 2021, total luas lahan kelapa sawit di provinsi ini mencapai 379.662 hektare.
Luas ini tersebar di beberapa kabupaten, termasuk Agam, Dharmasraya, Limapuluh Kota, Pasaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Sijunjung, dan Solok Selatan. Dari total tersebut, 219.661 Ha (sekitar 56,92%) merupakan kebun milik rakyat.
Ada tiga daerah yang memiliki lahan terluas. Pertama, di Kabupaten Pasaman Barat terdapat sekitar 126.761 hektar kebun sawit yang dipunyai dan dikelola oleh masyarakat.
Pasaman Barat diakui sebagai pusat perkebunan di Sumatera Barat, dengan total 16 perusahaan milik swasta yang menjadi pengelola kebun di wilayah tersebut.
Selanjutnya, ada lahan sawit rakyat dengan luas mencapai 41.382 ha di Kabupaten Pesisir Selatan. Terakhir, Kabupaten Dharmasraya yang terletak di lintas tengah Sumatera dan berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Riau. Dharmasraya memiliki luas kebun sawit rakyat mencapai 32.744 ha.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi dan lingkungan. Memahami daerah-daerah dengan perkebunan terluas dapat membantu kita memahami tantangan dan peluang yang ada dalam industri ini.
Ada lagi hal yang perlu diketahui oleh para pemain dalam industri kelapa sawit di Indonesia, yaitu sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Standar ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan lingkungan, hak-hak pekerja, hingga kesejahteraan masyarakat sekitar perkebunan.
Sertifikasi ini tidak hanya membantu produsen dalam memastikan kualitas produk, tetapi juga memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang mereka beli berasal dari perkebunan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Untuk memahami lebih lanjut tentang pentingnya sertifikasi dalam industri kelapa sawit, kunjungi MUTU International, sebuah lembaga sertifikasi ISPO terpercaya di Indonesia.
PT Mutuagung Lestari Tbk atau Mutu International merupakan perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1990. Kami melayani berbagai jasa pengujian, inspeksi, dan sertifikasi untuk berbagai macam industri. Tim ahli kami yang didukung oleh pengalaman selama lebih dari 30 tahun, bekerja untuk mengidentifikasi masalah dan menyarankan solusi yang sesuai, guna meningkatkan kinerja perusahaan Anda secara efektif dan efisien.
MUTU menyediakan jasa sertifikasi untuk berbagai sektor, yaitu sektor Pertanian (Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dan lain-lain, Industri Jasa Publik (sistem manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan, sistem manajemen keamanan informasi, dan lain-lain), Pangan (Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP)), sistem manajemen keamanan pangan, pangan organic, dan lain-lain), Ekonomi Hijau (sertifikasi gas rumah kaca, ISCC, dan lain-lain), Kehutanan (Forest Stewardship Council (FSC)), pengelolaan hutan produksi lestari, dan lain-lain) dan Produk Kehutanan (Ekolabel, Japanese Agricultural Standard (JAS), dan lain-lain).
Sejak berdirinya bergerak dibidang sertifikasi kehutanan dan industri yang telah memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), dan lembaga akreditasi mancanegara lainnya.Untuk melakukan pengurusan sertifikasi ISPO, Anda bisa menghubungi MUTU International.
Silahkan hubungi MUTU International melalui E-Mail: [email protected], Telepon: (62-21) 8740202 atau kolom Chat box yang tersedia. Hubungi MUTU International sekarang juga. Follow juga seluruh akun sosial media MUTU International di Instagram, Facebook, Linkedin, Tiktok, Twitter, Youtube dan Podcast #AyoMelekMUTU untuk update informasi menarik lainnya.