16 Jan Upaya Efektif Pengurangan Emisi Karbon di Indonesia
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan tingkat emisi karbon yang signifikan, telah mengadopsi berbagai strategi untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen global untuk mencapai target net zero emission dan mendukung Paris Agreement yang telah diratifikasi dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework Convention On Climate Change. Berikut terdapat upaya-upaya yang dapat dilakukan secara efektif untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia:
Transisi ke Energi Terbarukan
Transisi energi terbarukan digunakan untuk menggantikan sumber energi fosil dengan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, biomassa, dan hidroelektrik, dan meningkatkan investasi dalam infrastruktur energi bersih.
Di Indonesia, beberapa perusahaan sudah melakukan transisi ke energi terbarukan dengan langkah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) skala besar di Nusa Tenggara dan Kalimantan, diberlakukannya program co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hingga diberikannya insentif bagi pengembangan energi terbarukan melalui kebijakan feed-in tariff.
Efisiensi Energi di Industri dan Transportasi
Efisiensi dilakukan guna mengurangi konsumsi energi dengan menerapkan teknologi hemat energi dan praktik operasional yang lebih efisien. Hal ini juga menjadi poin plus untuk mengembangkan transportasi publik yang ramah lingkungan.
Indonesia sendiri telah mengimplementasikan efisiensi energi seperti, program konversi kendaraan dinas pemerintah menjadi kendaraan listrik, modernisasi peralatan industri untuk mengurangi penggunaan energi berlebih hingga pembangunan jalur MRT, LRT, dan BRT di Jakarta dan kota-kota lain.
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan
Pengelolaan hutan berkelanjutan dilangsungkan untuk menghentikan deforestasi dan memulihkan lahan hutan yang terdegradasi, dan meningkatkan kapasitas hutan sebagai penyerap karbon alami. Indonesia telah bergerak untuk melakukan pengelolaan hutan berkelanjutan dengan Moratorium izin baru di kawasan hutan primer dan lahan gambut, adanya program restorasi gambut melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), dan perluasan inisiatif REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation).
Pengelolaan Limbah Ramah Lingkungan
Pengelolaan limbah yang sering menghasilkan emisi karbon butuh dikelola secara ramah lingkungan guna mengurangi emisi metana dari tempat pembuangan akhir sampah, dan mengembangkan fasilitas pengolahan limbah organik menjadi biogas.
Implementasinya, beberapa wilayah seperti Bali dan Surabaya menerapkan program pengelolaan sampah “waste-to-energy”. Selain itu terdapat pula pelatihan pengelolaan sampah skala rumah tangga untuk mengurangi limbah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Perubahan Pola Konsumsi dan Produksi
Pola konsumsi dan produksi dapat dilakukan dengan lebih mengedepankan konsep ekonomi sirkular, dan mengurangi konsumsi produk dengan jejak karbon tinggi.
Di Indonesia, hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan kampanye konsumsi produk lokal untuk mengurangi emisi dari rantai pasok global, serta pengembangan sistem pengelolaan limbah plastik menjadi produk daur ulang.
Pengembangan Teknologi Pengurangan Emisi
Pengembangan ini dapat memanfaatkan teknologi seperti Carbon Capture and Storage (CCS) untuk menyerap emisi karbon dari proses produksi di sektor industri, terutama pada industri berat seperti semen, baja, dan energi berbasis fosil. Teknologi ini bekerja dengan menangkap karbon dioksida (CO2) sebelum dilepaskan ke atmosfer, menyimpannya dalam formasi geologi yang aman, atau memanfaatkannya kembali dalam proses industri lainnya.
Implementasinya, Indonesia telah menerapkan pilot project teknologi CCS di sektor migas dan berkolaborasi dengan negara lain untuk mengadopsi teknologi ramah lingkungan.
Edukasi dan Kampanye Kesadaran Publik
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengurangan emisi karbon dengan cara menyelenggarakan program kesadaran lingkungan, seperti lokakarya, seminar, dan pelatihan komunitas.
Selain itu, mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam kurikulum pendidikan formal di berbagai jenjang sekolah dan universitas juga menjadi langkah strategis untuk memastikan generasi muda memiliki pemahaman mendalam tentang dampak dan cara mitigasi emisi karbon. Yang telah dilakukan seperti adanya kampanye “Earth Hour” dan gerakan tanam pohon secara nasional, dan integrasi pendidikan lingkungan dalam kurikulum sekolah.
Kolaborasi Internasional
Kolaborasi dilakukan dengan cara bekerja sama dengan negara lain untuk berbagi teknologi dan sumber daya, dan mengakses pendanaan internasional untuk proyek mitigasi iklim. Adapun Indonesia telah berkolaborasi dalam inisiatif REDD+ dengan Norwegia. Dan ikut dalam pendanaan proyek hijau melalui Green Climate Fund (GCF).
Pemantauan dan Evaluasi Berkelanjutan
Hal ini untuk mengukur dan mengevaluasi dampak dari setiap program pengurangan emisi karbon, dan menyempurnakan kebijakan berdasarkan hasil evaluasi. Hal ini diterapkan dengan memberlakukan sistem Monitoring, Reporting, and Verification (MRV) untuk melacak emisi karbon, serta melakukan pelaporan tahunan emisi karbon oleh perusahaan besar kepada pemerintah.
Peran Komunitas Lokal dan Adat
Komunitas lokal dan masyarakat adat memiliki peran penting dalam menjaga hutan, lahan gambut, dan sumber daya alam lainnya. Implementasi berbasis masyarakat, seperti hutan desa dan skema perhutanan sosial, dapat memperkuat keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam. Contohnya, program Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang mengintegrasikan pelestarian hutan dengan peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Manajemen Risiko Iklim di Kawasan Perkotaan
Kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, menghadapi tantangan besar dalam mengelola emisi dari transportasi, limbah, dan sektor bangunan. Manajemen risiko iklim mencakup adaptasi infrastruktur, efisiensi energi bangunan, dan perluasan ruang hijau. Hal ini dapat diimplementasikan dengan adanya penerapan konsep kota pintar (smart city) untuk mengurangi konsumsi energi, serta revitalisasi ruang hijau publik seperti taman kota untuk menyerap karbon.
Teknologi Blockchain untuk Verifikasi Emisi
Penggunaan teknologi blockchain dapat meningkatkan transparansi dalam pelaporan dan verifikasi emisi karbon, terutama dalam skema perdagangan karbon. Teknologi ini memungkinkan pelacakan yang aman dan akurat untuk setiap unit kredit karbon yang diperdagangkan. Contohnya, pilot project blockchain dalam perdagangan karbon di negara-negara ASEAN yang bisa diadaptasi di Indonesia.
Edukasi Digital dan Media Sosial
Media sosial dan platform digital menjadi alat efektif untuk menyebarkan kesadaran tentang perubahan iklim dan pengurangan emisi karbon. Kampanye berbasis media sosial dapat menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda. Contohnya, gerakan seperti #DietKantongPlastik dan kampanye lingkungan oleh influencer lokal dapat membawa pengaruh dan diikuti oleh banyak masyarakat.
Insentif bagi Masyarakat
Insentif ini dapat diberikan secara langsung bagi masyarakat atas aksi mitigasi emisi karbon yang dilakukannya, seperti subsidi panel surya rumah tangga, diskon kendaraan listrik, atau insentif untuk partisipasi dalam program daur ulang. Contohnya, program subsidi kendaraan listrik di Indonesia mulai diterapkan untuk meningkatkan adopsi teknologi ramah lingkungan.
Perluasan Infrastruktur Hijau
Pembangunan infrastruktur hijau, seperti jalan raya dengan teknologi aspal beremisi rendah, jalur khusus sepeda, dan gedung hemat energi, merupakan langkah penting untuk mengurangi jejak karbon. Contohnya, pembangunan gedung ramah lingkungan dengan sertifikasi Green Building Council dan pembukaan ruang terbuka hijau yang layak.
Pemanfaatan Ekosistem Laut sebagai Penyerap Karbon
Ekosistem laut, seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu karang, memiliki kemampuan besar untuk menyerap karbon. Pemanfaatan ini sering disebut sebagai “blue carbon”. Sebagai contoh, hal ini dapat dilakukan dengan cara restorasi mangrove di pesisir pantai Kalimantan dan Sulawesi, serta program konservasi padang lamun di Kepulauan Seribu.