24 Des Dari Pabrik Berbahaya ke Pabrik Ramah Lingkungan: Praktik Terbaik Industri Hijau
Industri Hijau merupakan sebuah konsep yang mengedepankan prinsip berkelanjutan dalam seluruh proses produksinya, sehingga memisahkan pertumbuhan ekonomi dan keuntungan dari penggunaan sumber daya dan polusi yang berlebihan.
Dengan harapan sektor industri akan meminimalisir emisi yang dihasilkan dalam setiap bentuk dengan memanfaatkan sumber daya yang lebih ramah lingkungan, termasuk energi terbarukan sebagai bahan bakar. Tak hanya untuk mengurangi emisi yang dihasilkan, industri hijau diharapkan dapat menjadi langkah untuk menghindari terjadinya hal-hal yang membahayakan pekerja, lingkungan sekitar hingga iklim.
Konsep Energi Hijau
Terdapat 5 konsep utama dari energi hijau yang menjadi ciri khas implementasi energi hijau, diantaranya adalah:
-
Efisiensi Energi dan Sumber Daya
Konsep ini berfokus pada optimalisasi bahan baku, energi dan air dalam proses produksi untuk mengurangi limbah dan dampak lingkungan. Dengan memanfaatkan bahan baku alternatif seperti bahan baku yang dapat diperbarui atau bersumber secara berkelanjutan dan juga menerapkan teknologi efisien untuk meminimalkan penggunaan energi dan mengurangi limbah di setiap tahap produksi.
Sebagai ilustrasi, industri hijau dapat diterapkan pada industri tekstil yang mengadopsi teknologi pewarnaan tanpa air (waterless dyeing) untuk dapat mengurangi penggunaan air dan limbah cair.
-
Pengurangan Dampak Lingkungan
Konsep ini menekankan pentingnya pengelolaan emisi dan limbah yang berkelanjutan, serta pengurangan jejak karbon di seluruh siklus hidup produk yang dihasilkan. Hal ini dapat diimplementasikan dalam memanfaatkan teknologi ramah lingkungan yang menggunakan proses produksi dengan emisi lebih rendah dan ekonomi sirkular untuk mengubah limbah yang dihasilkan menjadi sumber daya baru,seperti mendaur ulang produk.
Konsep ini dapat diilustrasikan dengan pabrik semen yang memanfaatkan limbah pembakaran sebagai bahan baku alternatif untuk mengurangi emisi karbon.
-
Inovasi Teknologi Hijau
Inovasi teknologi berperan penting dalam mendukung industri hijau. Teknologi ini dirancang untuk meningkatkan produktivitas sekaligus mengurangi dampak negatif dari lingkungan. Inovasi yang dapat dilakukan mencakup digitalisasi dan automasi dengan memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) untuk memantau dan mengoptimalkan konsumsi energi serta pengelolaan limbah secara real-time.
Hal ini dapat diilustrasikan bagi industri otomotif yang menggunakan material ringan berbasis biomassa untuk meningkatkan efisiensi energi kendaraan.
-
Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi
Industri hijau tidak hanya berfokus pada lingkungan, namun mencakup kesejahteraan masyarakat juga.
Dengan adanya industri hijau, hal ini dapat memberikan efek berkelanjutan bagi masyarakat seperti terciptanya lapangan kerja baru yang mendorong peluang kerja di sektor energi terbarukan, daur ulang dan teknologi ramah lingkungan, pemberdaayaan komunitas lokal dalam rantai pasok berkelanjutan (memberikan pelatihan untuk pengelolaan limbah atau produksi organik), serta meningkatkan standar kesehatan dan keselamatan tenaga kerja dengan mengurangi paparan terhadap bahan kimia berbahaya.
-
Kepatuhan terhadap Standar dan Regulasi
Dalam menjamin terlaksananya keberlanjutan, industri hijau harus mematuhi berbagai standar dan regulasi baik secara internasional maupun rasional. Seperti mengadopsi sistem manajemen lingkungan ISO14001 untuk memastikan operasional yang berkelanjutan, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden No 98 Tahun 2001 tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK).
-
Kalborasi Multi-Pihak
Industri hijau membutuhkan kerja sama pemerintah, sektor swasta, akademisi dan masyarakat untuk dapat menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan. Bentuk kolaborasi ini dapat diimplementaasikan dalam berbagai langkah, mulai dari kolaborasi perusahaan dan perguruan tinggi untuk mengembangkan kemitraan inovatif berlandaskan teknologi hijau, memberikan subsidi atau keringanan pajak untuk industri yang mengadopsi teknologi hijau, hingga meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya produk ramah lingkungan.
Dengan pendekatan yang terintegerasi, konsep utama industri hijau tidak hanya menciptakan nilai ekonomi tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan sosial, sehingga menjadi kunci utama dalam mendorong pembangunan berkelanjutan secara global.
Pilar-Pilar Industri Hijau
Eksistensi industri hijau berlandaskan tiga pilar utama yang saling mendukung untuk menciptakan keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan
-
Pilar Ekonomi
Pilar ekonomi berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengedepankan efisiensi dalam proses produksi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan profitabilitaas tanpa menimbulkan dampak buruk yang dapat merusak lingkungan.
Hal ini mencakup efisiensi sumber daya untuk mengurangi konsumsi energi, air dan bahan mentah dalam proses produksi, penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi limbah, keberlanjutan pasar untuk meningkatkan daya saing melalui produk yang ramah lingkungan, sekaligus membuka peluang pasar baru untuk produk hijau.
-
Pilar Sosial
Pilar sosial dalam industri hijau memiliki tujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Kesejahteraan ini diwujudkan melalui tersedianya lapangan pekerjaan baru yang layak serta meningkatnya kualitas hidup masyarakat.
Implementasi pilar sosial dalam industri hijau dapat diwujudkan dalam peningkatan kesejahteraan karyawan dengan memberikan pelatihan untuk meningkatkan hardskill maupun softskill tenaga kerja dalam industri hijau, melakukan pemberdayaan komunitas lokal guna mendorong partisipasi masyarakat sekitar dalam rantai pasok industri, serta meningkatkan pentingnya kesadaran lingkungan dengan memberikan edukasi mengenai pentingnya keberlanjutan konsumen dan masyarakat.
-
Pilar Lingkungan
Pilar lingkungan menitikberatkan pada pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup, karena nyatanya aktivitas industri tidak dapat dipisahkan dari dampaknya terhadap lingkungan sehingga harus memperhatikan dampak ekologis baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Terdapat 3 elemen penting dalam implementasi pilar lingkungan, yakni pengurangan emisi karbon, manajemen limbah dan konservasi sumber daya alam.
Praktik Terbaik Industri Hijau
Seluruh sektor industri, terlepas dari skala usaha dan lokasinya, secara terus menerus butuh untuk meningkatkan dan memperbaiki kinerja lingkungannya.
Hal ini mencakup komitmen dan aksi nyata yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan dari proses dan produk dengan menggunakan sumber daya yang lebih efisien serta ramah lingkungan
Untuk dapat membangun industri hijau, terdapat beberapa pendekatan praktikal yang dapat dilakukan, seperti ekonomi sirkular (circular economy), produksi bersih, simbiosis industri, dan 3R – Reduce,Reuse, and Recycle.
Beberapa negara maju telah menerapkan konsep industri hijau dalam kegiatannya, dengan berfokus pada pendekatan praktikal yang berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah:
-
Ekonomi Sirkular di China
China menerapkan kebijakan-kebijakan yang berdampak luas untuk meningkatkan efisiensi sumber daya. Hal ini termasuk Resource Saving Initiative (2006-2010) atau Inisiatif Penghematan Sumber Daya, yang diperkenalkan dalam Rencana Lima Tahun Kesebelas untuk memperkuat Visi Green China.
Kebjiakan ekonomi sirkular ini dicetuskan pada tahun 2008 melalui the Circual Economy Promotion Law, yang dimaksudkan untuk menjadi panduan dalam perkembangan ekonomi di China dengan cara yang menghemat energi, air, bahan dan melindungi lingkungan.
Pemerintah China percaya bahwa pembangunan berbasis ekonomi sirkular akan menjadi kunci bagi negara untuk mempertahankan pertumbuhan secara pesat sembari mengurangi dampak negatif ekologis dan menciptakan lebih banyak peluang kerja.
Pendekatan ekonomi sirkular ini mengintegerasikan produksi yang lebih bersih dan ekologi industri ke dalam sistem yang lebih luas yang mencakup perusahaan industri, jaringan atau rantai perusahaan, eco-industrial parks, serta infrastruktur regional untuk mendukung efisiensi sumber daya.
Ekonomi sirkular di China menetapkan target tindakan pada tiga tingkat, diantaranya:
- Tingkat Perusahaan: perusahaan harus mencari efisiensi yang jauh lebih tinggi melalui pendekatan “mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang” (reduce, reuse, recycle) untuk produksi yang lebih bersih.
- Tingkat Industri: Menggunakan kembali dan mendaur ulang sumber daya di lingkungan industri serta dalam industri-industri yang terhubung atau berkelompok sehingga sumber daya dapat beredar sepenuhnya dalam sistem produksi lokal.
- Tingkat Regional: Mengintegrasikan sistem produksi dan konsumsi yang berbeda di suatu wilayah sehingga sumber daya dapat beredar di antara industri dan sistem perkotaan.
-
Kebijakan 3R Jepang
Pemerintah Jepang mengadopsi kebijakan reduce, reuse, recycle (3R) untuk menciptakan masyarakat yang berkelanjutan—sebuah masyarakat yang mencapai keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan. Untuk mencapai keseimbangan tersebut, pemerintah bergerak dari fokus semata pada pengelolaan zat berbahaya menuju penghijauan seluruh ekonomi. Kebijakan 3R mendorong pengembangan teknologi di bidang efisiensi sumber daya, pemulihan limbah, dan daur ulang. Selain itu, kebijakan ini mendorong pengembangan produk hijau baru untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sebagai hasilnya, telah terjadi investasi besar dalam pengembangan peralatan rumah tangga hemat energi, peralatan kantor, dan infrastruktur daur ulang.
Apa itu 3R?
Filosofi 3R berpusat pada pengurangan limbah serta penggunaan kembali dan daur ulang sumber daya dan produk.
Jumlah limbah yang dihasilkan harus dikurangi, produk atau bagian-bagiannya harus digunakan kembali secara berulang, dan limbah harus masuk ke dalam siklus produksi sebagai pengganti sumber daya alam mentah.
Dengan mempromosikan 3R, limbah dapat diminimalkan secara efisien, yang pada akhirnya mengurangi konsumsi sumber daya secara keseluruhan.
Pendekatan baru untuk mengurangi limbah adalah extended producer responsibility (tanggung jawab produsen yang diperluas), di mana produsen bertanggung jawab, hingga batas tertentu, untuk penggunaan kembali, daur ulang, dan pembuangan produk yang mereka hasilkan.
Produsen di Jepang diwajibkan untuk mengadopsi pendekatan life-cycle assessment (penilaian siklus hidup) guna meminimalkan dampak negatif produk mereka terhadap lingkungan sepanjang masa pakai produk tersebut.
Persyaratan ini telah berhasil mendorong produsen untuk mengembangkan produk yang lebih kecil kemungkinan menjadi limbah, mudah digunakan kembali atau didaur ulang, atau memiliki dampak minimal terhadap lingkungan saat dibuang.
Peran Teknologi dalam Industri Hijau
Teknologi memiliki peran signifikan dalam mendukung terwujudnya industri hijau. Hal ini diwujudkan dengan adanya inovasi teknologi dalam industri hijau yang dapat meningkatkan efisiensi sumber daya, mengurangi limbah dan memperkuat keberlanjutan operasional. Beberapa contoh diantaranya adalah:
-
Efisiensi Energi
Teknologi modern memungkinkan penggunaan energi yang lebih hemat melalui peralatan yang lebih efisien dan adanya sistem manajemen energi. Sebagai contoh, hal ini diwujudkan dengan adanya Internet of Things (IoT) yang berfokus pada optimalisasi konsumsi energi di pabrik melalui sensor yang memonitor penggunaan listrik secara real-time. Dengan diterapkannya otomatisasi IoT ini, sebuah pabrik dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30%.
-
Pengelolaan Limbah
Teknologi juga berperan dalam mempermudah proses daur ulang dan pengelolaan limbah. Sebaai contoh, di Swedia, perusahaan Envac menggunakan sebuah artificial intelligence (AI) sebagai sistem pengelolaan limbah vakum untuk mengurangi emisi karbon dari transportasi limbah.
-
Penggunaan Energi Terbarukan
Teknologi mendorong adopsi energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin angin yang menggantikan sumber energi fosil. Sebagai contoh, Tesla Gigafactory menggunakan kombinasi energi matahari dan angin untuk menjalankan operasionalnya.
-
Pengembangan Material Ramah Lingkungan
Biomaterial dan plastik biodegradable menjadi material yang lebih ramah lingkungan untuk digunakan sebagai bahan dalam proses produksi. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dapat memproduksi sepatu dari limbah plastik laut menggunakan teknologi canggih yang memungkinkan pengolahan plastik menjadi material tekstil
-
Manufaktur Hijau
Era industri 4.0 memungkinkan penerapan manufaktur hijau melalui sistem otomatisasi dan digitalisasi. Teknologi 3D printing dapat menjadi solusi untuk memproduksi komponen barang dengan mengurangi limbah material selama proses produksi.
-
Sistem Monitoring dan Reporting
Teknologi seperti blockchain dapat digunakan untuk memastikan transparansi dalam rantai pasok dan pelaporan dampak lingkungan. Sebagai contoh, Walmart menggunakan teknologi blockchain untuk melacak keberlanjutan produk dalam supply chain atau rantai pasoknya, untuk memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan.
-
Digitalisasi Proses Bisnis
Digital twins merupakan bentuk digitalisasi proses bisnis yang dapat membantu simulasi dan optimasi proses industri tanpa perlu melakukan uji coba fisik yang boros sumber daya.
Digital twins sendiri merupakan representasi dari objek, sistem atau proses fisik yang memanfaatkan data real-time dari sensor yang dipasang pada objek fisik dan digabungkan dengan teknologi seperti IoT dan AI untuk menciptakan represnetasi yang dinamis.
Sebagai. Contoh, dalam produksi, digital twins dapat membantu perusahaan untuk membuat model pbarik dan memantau kinerja mesin.
Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Dukungan terhadap Industri
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan industri hijau sebagai prioritas dalam pembangunan berkelanjutan. Kebijakan ini mencakup tiga pilar utama yakni ekonomi, lingkungan dan sosial.
Kebijakan industri hijau ini salah satunya tertuang dalam Peraturan Menteri No. 51/M/IND-PER/6/2015 tentang Standar Industri Hijau (SIH) yang pokok utamanya memuat pedoman teknis indikator industri hijau seperti efisiensi energi, pengelolaan limbah dan pemanfaatan bahan baku terbarukan.
Selain itu, pemerintah mendorong penerapan ekonomi hijau dan sirkular untuk membantu industri di Indonesia berdaya saing dalam aspek keberlanjutan. Saat ini, telah terdapat 152 perusahaan yang memperoleh Sertifikat Industri Hijau sebagai bentuk komitmen terhadap praktik industri yang ramah lingkungan.
Pemerintah juga beerperan dalam beragam aksi untuk mendukung terlaksananya industri hijau dengan memberikan insentif dalam bentuk fiskal dan non fiskal seperti:
- Pemberian tax allowance untuk mengurangi pajak bagi perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi hijau
- Program pendanaan kredit hijau, yakni pendanaan dengan bunga rendah untuk perusahaan yang menerapkan praktik berkelanjutan
Selain itu, skema kerja sama dengan organisasi internasional seperti UNIDO (United Nations Industrial Development Organization) untuk alih teknologi dan pengembangan kapasitas dapat dilakukan untuk mendukung terlaksananya Industri Hijau.
Investasi di Sektor Industri Hijau
Sejak tahun 2014, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah meluncurkan 17 industri yang diklasifikasikan dalam Sektor Industri Hijau (SIH), mulai dari industri semen portland hingga industri gula kristal putih.
Hingga tahun 2024, tedapat 152 perusahaan yang telah mengantongi SIH dan memberikan manfaat ekonomi berupa penghematan energi senilai Rp3,2 triliun per tahun dan penghematan air senilai Rp169 miliar per tahun. Tentunya, hal ini membawa peluang besar bagi Indonesia. Saat ini, 22 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang dikembangkan pemerintah perlu terus didorong agar dapat mengadopsi prinsip ekonomi hijau dan menerapkan industri hijau.
Tak hanya faktor dukungan dalam negeri, investasi sektor industri hijau juga dapat optimal jika dibarengi dengan peran investasi asing. Kawasan Industri Hijau Kalimantan Utara (KIHK) menjadi proyek kawasan industri berbasis energi hijau terbesar di dunia, yang mendapat dukungan investasi asing dari negara-negara asing.
Selain itu, kerja sama internasional dengan negara-negara maju juga menjadi penting untuk kemajuan dan pengembangan sektor industri hijau di Indonesia.