
10 Apr BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Lebih Pendek, MUTU Siap Dukung Mitigasi Dampak di Berbagai Sektor
Depok – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau 2025 akan berlangsung lebih pendek dari biasanya, dengan puncaknya terjadi pada Juni hingga Agustus. Prediksi ini disampaikan berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional hingga pertengahan April 2025.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa awal musim kemarau diperkirakan terjadi secara bertahap sejak April di 115 Zona Musim (ZOM) dan akan meluas pada Mei dan Juni ke wilayah-wilayah seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua.
BMKG mencatat kondisi fenomena iklim global seperti El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini dalam fase netral. Namun, suhu muka laut di perairan Indonesia yang lebih hangat dari normal diprediksi dapat mempengaruhi cuaca lokal hingga September.
BMKG juga memberikan sejumlah rekomendasi mitigasi bagi sektor pertanian, kebencanaan, lingkungan, kesehatan, energi, dan sumber daya air untuk menghadapi musim kemarau. Rekomendasi tersebut antara lain penyesuaian jadwal tanam, pemilihan varietas tahan kekeringan, pengisian embung, serta antisipasi terhadap kebakaran hutan dan lahan.
Menanggapi prediksi ini, PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU) menyatakan kesiapan mendukung sektor-sektor terdampak melalui layanan sertifikasi, inspeksi, dan verifikasi berbasis keberlanjutan. Salah satunya adalah layanan audit pengelolaan sumber daya air dan sistem irigasi berkelanjutan untuk sektor pertanian, serta inspeksi kesiapsiagaan karhutla untuk sektor kehutanan dan perkebunan.
“Perubahan pola musim kemarau ini menjadi tantangan sekaligus panggilan untuk memperkuat tata kelola lingkungan dan manajemen risiko,” ujar Arifin Lambaga selaku Presiden Direktur MUTU.
“Kami hadir untuk mendampingi mitra sektor publik dan swasta dalam penerapan praktik tangguh terhadap perubahan iklim,” pungkas Arifin.
MUTU juga mendorong penerapan standar pengelolaan lingkungan dan energi berbasis ISO, serta layanan penilaian risiko keberlanjutan sebagai bagian dari upaya adaptasi iklim jangka panjang.
Dengan prediksi cuaca yang dinamis, peran audit independen dan sistem pemantauan berkelanjutan dinilai semakin penting untuk memastikan setiap sektor mampu bertahan dan berkembang secara bertanggung jawab di tengah tekanan perubahan iklim.
Sumber :
Kantor Komunikasi
Mutu International