Membangun Kepercayaan dengan Sertifikasi

[:id]Awal berdirinya pada 1990, PT Mutuagung Lestari, perusahaan yang bergerak di bidang sertifikasi di Indonesia, hanya memiliki tiga orang karyawan.

Berkat visi yang kuat dan konsistensi di bidangnya, Mutuagung Lestari kini menjadi perusahaan sertifikasi terkemuka di Indonesia. B ahkan, Mutuagung Lestari baru-baru ini mendapat kepercayaan sebagai lembaga sertifikasi dan pengujian oleh US-EPA untuk melaksanakan sertifikasi dan pengujian produk berbasis kayu yang akan diekspor ke Amerika Serikat (AS). Tak hanya itu, perusahaan ini juga merupakan lembaga sertifikasi pertama di Asia Pasifik yang diakui sebagai lembaga sertifikasi oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang untuk menangani sertifikasi Japan Agricultural System (JAS).

Ke depan, bisnis sertifikasi diperkirakan semakin menantang. Seperti apa kiat bisnis yang dilakukan perseroan? Berikut petikan wawancara Direktur Utama PT Mutuagung Lestari Arifin Lambaga di kantornya barubaru ini:

Bisa diceritakan awal mula berdirinya perusahaan ini?

Berdiri pada 1990 dimulai ketika sedang berkembangnya ekspor kayu kita ke Jepang. Saat itu banyak importir yang langsung datang ke Indonesia, mengawasi sendiri dan melihat prosesnya. Kita melihat peluang itu, kenapa sih orang Jepang itu mau beli barang harus datang sendiri ke Indonesia. Akhirnya kita tawarkan untuk menggunakan jasa kita. Daripada mereka datang sendiri ke Indonesia, kan biayanya mahal. Awal mulanya dari situ. Mulanya praktis, belum ada perusahaan swasta yang terjun ke sektor ini.

PT Sucofindo kan sudah ada?

Memang ada Sucofindo, tapi dia lebih banyak mengerjakan proyek dari penugasan pemerintah. Pada waktu itu, kita mengerjakan dari pihak kedua. Pembeli kemudian memeriksa barang yang dibeli, berarti kita mewakili pembeli. Kemudian, berkembang dan muncul standar. Standar itu menjadi salah satu referensi dalam perdagangan karena banyaknya kesepakatankesepakatan, ada NAFTA, AFTA, APEC itu kan menghasilkan kesepakatankesepakatan yang tidak ada lagi barrier atau tidak ada hambatan, artinya ada referensi yang digunakan.

Jadi, adanya kesepakatan perdagangan bebas menjadi peluang lembaga sertifikasi?

Betul. Sebab, di situlah standar berperan dalam mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi dalam regional-regional yang dibentuk. Standar berkembangnya dari situ. Untuk memastikan bahwa produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan di suatu negara dalam anggota itu sama dengan yang diharapkan pembeli, harus ada yang memverifikasi. Di situlah kita berkembang sehingga yang tadinya kita mewakili pihak kedua, sekarang kita jadi pihak ketiga yang memfasilitasi perdagangan karena tidak ada lagi hambatan perdagangan yang sifatnya teknis, kecuali standar. Di situlah fungsi kita. Awalnya kita bergerak di sektor produk berbasis kayu, kemudian kita berkembang ke sektor pangan, makanan, minuman, agrobisnis yang lebih luas lagi termasuk di antaranya ke perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.

Berapa sektor yang dikerjakan PT Mutuagung Lestari?

Jadi, bisnis kami ini namanya kalau di dunia itu TIC (testing, inspection, certification ). Ketiga itu basisnya standar dan kompetensi. Jadi, ada produsen, konsumen, dan ada pihak ketiga apakah yang diproduksi itu sesuai dengan standar atau tidak. Industri TIC itu hampir di semua sektor ada, dari sektor produksi ataupun jasa. Dari semua sektor mulai dari oil and gas hingga perhubungan, itu semua menggunakan layanan TIC. Jadi luas sekali.

Apa fokus bisnis Mutuagung Lestari?

Tentunya kita harus mengukur, dari segi strategi bisnis kita harus mengambil sektor yang menjadi fokus kita, makanya kita tetapkan sektor agrobisnis. Agrobisnis dalam arti luas, mulai pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perkebunan, pangan, dan makanan. Itu strategi bisnis kita.

Apa pemicu peluang bisnis sertifikasi ini?

Bisnis ini didorong oleh perhatian pemerintah di masing-masing negara terhadap masalah keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan, empat hal itu. Makanya di dalam perdagangan internasional (WTO), semua standar itu sifatnya sukarela. Namun, yang terkait dengan empat hal tadi, negara boleh menjadikan itu sesuatu yang wajib (mandatori). Oleh karena itu, kami mengarah ke empat hal itu. Misalnya saja soal lingkungan, ada negara mempersyaratkan lingkungan sebagai salah satu faktor wajib bagi produk yang masuk ke negara itu. Misalnya, sekarang yang lagi ramai soal green house gases . Jadi, AS dan Eropa misalnya, produk CPO tidak boleh menghasilkan CO2 melebihi ambang batas tertentu. Banyak negara sudah memperlakukan itu. Itu bisa dilihat dari sisi lingkungan. Ada juga masalah sosial, misalnya tidak boleh mempekerjakan anak. Itu juga menjadi wajib. Ada juga misalnya perusahaan tersebut harus memperhatikan masyarakat di sekitarnya. Sebenarnya, tidak masuk ke dalam empat kategori empat itu, tapi masing-masing negara ada yang mensyaratkan. Bahkan aturan-aturan internasional mempersyaratkan itu. Jadi itu, aturan umum yang digunakan di mana-mana di dunia.

Siapa kompetitor Anda?

Tentunya banyak perusahaan sejenis dengan kami. Namun, barangkali di Indonesia itu yang punya layanan selengkap Mutuagung masih terbatas, karena kami memiliki sekitar 40-an layanan yang terkait dengan TIC. Kami punya ketiganya. Jadi, kami bersaing dengan perusahaan multinasional yang ada di Indonesia. Kita tahu ada perusahaan-perusahaan besar yang sudah puluhan tahun beroperasi di negaranya dan saat ini ada di Indonesia. Ada sertifikasi asing yang besar, seperti SGS, North, Freidland, SaiGlobal. Jadi, kami bersaing dengan mereka. Strategi kami, kami tidak ingin hanya beroperasi di Indonesia, tapi juga ingin seperti mereka.

Apa ambisi bisnis yang ingin dicapai Mutuagung Lestari?

Kami tidak hanya ingin beroperasi di Indonesia, tapi juga di negara lain. Makanya, lembaga sertifikasi nasional yang memiliki layanan di luar negeri mungkin hanya kami. Karena kami punya cabang di China, Vietnam, dan Malaysia. Jadi, kami punya tiga kantor cabang di tiga negara tersebut. Di Malaysia melayani sertifikasi produk berbasis sawit dan kayu.

Visi Anda?

Bisnis TIC itu bisnis kepercayaan. Yang kita keluarkan sertifikat, wujudnya tidak ada. Bukan produk. Ini bisnis kepercayaan. Oleh karena itu, visi kami menjadi lembaga sertifikasi terkemuka tepercaya yang sertifikat itu semua pasar di seluruh dunia bisa menerima. Karena hambatan lembaga seperti kami ini adalah keberterimaan sertifikat yang dikeluarkan. Banyak perusahaan sertifikasi di Indonesia, tapi begitu mengeluarkan sertifikat terhadap suatu produk, begitu produk tersebut diekspor, tidak diterima pasar di negara tujuan. Nah kami ingin sertifikat yang dikeluarkan terhadap produk dan jasa bisa diterima di seluruh dunia. Kedua, target kami jadi terkemuka di Asia Pasifik.

Untuk mencapai target itu, apa yang dilakukan perseroan?

Harus didukung oleh orang atau SDM. Jadi, kepercayaan itu ditunjang oleh orang dan sistem. Semua perusahaan sertifikasi memiliki sistem sama yang sifatnya standar. Jadi, yang menjadi variabel adalah orang. Ini yang menjadi concern kami, bagaimana menyiapkan orang ini. Fokus kami adalah mendidik, melatih, dan membangun kebanggaan mereka sebagai orang-orang yang punya kemampuan atau reputasi internasional yang bisa diterima di semua negara.

Misalnya kita audit di luar negeri, kita kirim ke sana. Kita kirim ke Vietnam, Malaysia, Myanmar, China, Korea, Thailand, Jepang. Jadi, klien kami itu ada di negara-negara tersebut.

Sudarsono

Sumber :
Koran Sindo[:en]Starting from the establishment off PT Mutuagung Lestari in 1990, an Indonesian certification Company, it only had 3 employees. But with strong vision and consistencies in its field of work, the Company has become a well known Indonesian certification Company. PT Mutuagung Lestari was recently trusted as a certification and inspection body by the United States Environment Protection Agency (US-EPA) for wood based products that will be exported to USA. The Company is also the first certification body in Asia-Pacific acknowledged by the Ministry of Agriculture, Forestry, and Fisheries of Japan to certify the Japan Agricultural System (JAS).

In the future, the business of certification is taught to be a challenge. What kind of strategy will be taken by the Company? Below is an excerpt of interview with the President Director of PT Mutuagung Lestari, Mr. Arifin Lambaga in his office recently:

Can you tell us how this company started?

Established in 1990, when the developments of wood exports to Japan. At that time many Japanese importers came directly to Indonesia to inspect and see the production process. We saw the opportunity, as we questioned the situation: why those Japanese importers have to personally come and see the products prior to buy them. Then, we offer por services, instead of them spending expensive travel cost. That was the beginning, very practical as no other private companies here ventured in this sector.

But there was PT Succofindo?

Yes, PT Succofindo existed, but they worked and received orders from the Govt. At that time, we received order from second party and the buyer then inspect the purchased goods. This means that we represented the buyers. Overtime, standards was established and became the reference to trade. There were many agreements, such as NAFTA, AFTA, APEC, etc. which results in no trade barriers, but it means that certain reference is used.

So, a free trade agreement becomes an opportunity for a certification institution?

That is right. There is where standard is in role to decrease obstacles that happen in formed regionals. Standards developed in this case. To ensure that products and services of business companies in the same region are similar to what the buyers wanted, so there should be somebody who verify. We developed the service, from representing 2nd. party to be the company as third party who facilitate trade as there are no trade barriers anymore with technical characteristics, except standards. This is or function. At first we worked in the wood products sector, then developed to other sectors like food, beverages, wider agribusiness like plantations, agriculture, farming and fisheries.

How many sectors do PT Mutuagung Letari serviced?

Our business is known as TIC (testing, inspection, certification). The three of them: Standards and competencies are the basics. There are producers, consumers and third parties who look at standardized or not standardized and the TIC is needed in all sectors of production and service. All sectors, starting from oil & gas to communications, all using TIC services, so it is widely needed.

What is the focus of Mutuagung Lestari?

We certainly have to measure from the business strategy that is to choose the sector which become our focus, so we decided to operate in the agri-business sector in wider sense like agriculture, plantation, farming, forestry, and food. Those are our business strategy.

What triggers this certification business?

four objects. In World Trade Organization (WTO) all standards are voluntarily, but in connection to the 4 matters mentioned, countries can stipulate it into mandatory. Therefore, we concentrate to those 4 things. For example the environment, there are some countries having the environment as an mandatory factor for products coming into their countries. Nowadays, issues of green-house gasses in USA and Europe. Products of Crude Palm Oil should not produce CO2 exceeding certain maximum limits. Most countries have already implement it, too. It can be seen from the aspect of environment. There is also social issues, for example the prohibition to use child-workers, which is also mandatory. There are also regulations that prioritize local community’s workers. Actually, these regulations do not include in the four categories, but some countries include them obligatory, and the international regulations applied them. Those are general regulkations and used everywhere.

Who is your competitor?

Of course, there are many companies similar to us. And perhaps Indonesia has the full services. Mutuagung is still limited to about 40 services in connection with TIC. We have those three and we are in competition with multi-national companies in Indonesia. We know that there are many multi-national who have been working in Indonesia for tens of years like SGS, North, Freidland, SaiGlobal, etc. So we are in competition with them. Our strategy is not operating in Indonesia only, but we would like to be like them.

What is Mutuagung’s business ambition trying to be reached?

We, not only want to operate in Indonesia, but also in other Countries. Therefore, the national certification body that has services abroad, I think it is only us, as we have branches in China, Vietnam and Malaysia. We have 3 branch offices in those countries. In Malaysia we have certification service for palm-oil and wood products.

Your vision?

The business of TIC is the business of trust. The issued Certification has no form at all, they are not products. This is a business of trust. My vision is to make this certification institution an internationally trusted and a leading institution which many markets in the world accept our issued certification. There are many certification bodies in Indonesia, but when they issue certificates for certain products, the were not accepted by the destinating market. Our goal is to be that our certificates accepted by the world, and secondly be a leading company in Asia-Pacific.

To reach those targets what is the Company’s plan?

Should be supported by people or Human Resources, so trust is supported by people and system. All certification companies have systems that all standard. The variables are people. This concern us, how to prepare persons

Sudarsono

Sumber :
Koran Sindo[:]