Perdagangan Karbon: Manfaat, Cara Kerja, dan Dampak

Perdagangan Karbon: Pengertian, Manfaat, Cara Kerja, dan Dampak

Jika melihat beberapa kondisi saat ini, sudah bukan hal asing jika banyak yang berkata bahwa masalah lingkungan perlu diperhatikan oleh semua orang. Salah satu sistem yang dicanangkan untuk turut andil dalam menjaga lingkungan yaitu perdagangan karbon.

Hal tersebut merupakan satu upaya yang dilakukan untuk meminimalisir berbagai dampak negatif dari perubahan iklim dan efek gas rumah kaca. 

Namun sebenarnya, apa maksud dari perdagangan yang satu ini? Lalu, apa saja manfaat, dampak serta bagaimana cara kerjanya?

 

Mengenal tentang Perdagangan Karbon

Pada tahun 2005, mulai berlaku Protokol Kyoto yang mengatur tentang perdagangan ini. Jika melihatnya secara singkat, ini merupakan sebuah kesepakatan dari berbagai negara di dunia dalam rangka berusaha mengurangi emisi karbon dioksida.

Selain itu, upaya ini juga untuk menekan keberadaan dari Gas Rumah Kaca (GRK) yang hingga kini menumpuk di atmosfer dan memiliki berbagai dampak bagi bumi dan penghuninya.

Melihat dari pengertiannya, perdagangan karbon atau carbon trading merupakan sebuah mekanisme perdagangan atau pasar yang isinya yaitu penjualan dan pembelian sertifikat dari pengurangan karbon. Hal ini sudah termasuk terjadinya pertukaran atas hak emisi dari gas rumah kaca.

Dengan kata lain, perdagangan ini merupakan transaksi jual beli atas pengeluaran dari gas rumah kaca atau karbon dioksida. Jika melihat dari skema perdagangannya, maka tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan transaksi perdagangan pada umumnya.

Dalam hal ini, yang menjadi komoditas untuk diperjualbelikan yaitu berupa emisi karbon, sehingga dibutuhkan berbagai perhitungan yang lebih lengkap untuk melakukan transaksi ini.

Gambaran sederhananya, pihak yang mengeluarkan gas emisi dalam jumlah tertentu, perlu membayar kepada pihak yang berusaha untuk mengurangi dampak dari emisi tersebut.

Pihak yang Melakukan Transaksi

Sama halnya dengan berbagai transaksi lainnya, carbon trading juga membutuhkan pihak penjual dan pembeli supaya perdagangan bisa berlangsung.

Biasanya, pihak yang membeli emisi karbon yaitu negara maju atau berbagai industri besar. Dengan begitu, bisa disebutkan bahwa pembeli bisa berasal dari perusahaan, organisasi, maupun negara.

Selanjutnya, berbagai negara yang memiliki hutan luas dapat menjadi pihak yang menjual sertifikat atas pembelian emisi karbon.

Lahan hutan tersebut dapat menjadi penyerap karbon dioksida dan turut membantu untuk memberikan keseimbangan pada bumi. Efek rumah kaca bisa berkurang jika semakin banyak media penyerapan emisi karbon.

Selain itu, hutan juga bisa menjaga berbagai keseimbangan ekosistem di bumi. Manfaat ini juga bisa dirasakan secara langsung oleh manusia, misalnya dari oksigen yang dihirup setiap harinya.

Sebagai negara dengan hutan tang terbilang luas, maka Indonesia juga bisa menjadi penjual dalam perdagangan ini.

Supaya bisa turut membantu dalam mengurangi emisi karbon di bumi serta mengurangi berbagai dampak perubahan iklim, jenis perdagangan ini telah disahkan oleh pemerintah. Ini merupakan transaksi yang legal untuk dilakukan di Indonesia serta sudah diatur melalui berbagai regulasi.

Jenis Emisi Karbon yang Bisa Diperdagangkan

Ada berbagai jenis emisi yang bisa diperdagangkan melalui konsep ini. Emisi tersebut meliputi karbon dioksida (CO2), nitrat oksida (N2O), metana (CH4), sulfur heksaflourida (SF6), perflourokarbon (PFCs), serta hydrofluorocarbons (HFCs).

Enam jenis emisi karbon yang disebutkan di atas merupakan pemicu utama dari terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global.

Berbagai emisi itu juga merupakan emisi yang umum dihasilkan dari berbagai aktivitas, baik aktivitas dalam ranah industri besar maupun aktivitas yang umum dilakukan pada kehidupan sehari-hari.

Dampak lanjutan penumpukan emisi tersebut yaitu terjadinya krisis iklim atau perubahan iklim yang terjadi secara ekstrem, seperti yang belakangan ini terjadi di berbagai tempat.

Tentu saja, hal ini tidak bisa dibiarkan dalam waktu yang panjang karena dampaknya akan semakin serius. Maka dari itu, carbon trading bisa menjadi salah satu jalan tengah yang cukup efektif untuk permasalahan lingkungan yang satu ini.

 

Manfaat Perdagangan Karbon

Mengenal ISPO serta Manfaat, Tujuan, dan Cara Sertifikasi

Praktik carbon trading tentunya memiliki berbagai manfaat, baik untuk lingkungan, ekosistem di dalamnya, dan untuk berbagai aspek kehidupan manusia.

Berikut merupakan berbagai manfaat yang bisa diperoleh jika sudah menerapkan perdagangan ini dengan optimal. Indonesia yang sering disebut sebagai “paru-paru” juga bisa turut berpartisipasi secara aktif dalam perdagangan ini.

Meningkatkan Kualitas Udara di Bumi

Sebagaimana yang sudah dijelaskan sejak awal, tujuan utama dari sistem perdagangan karbon yaitu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, serta mencoba untuk meminimalisir berbagai dampak negatifnya untuk bumi dan penghuninya.

Dengan melakukan upaya ini, maka berbagai polusi udara bisa berkurang sehingga kualitas dari udara di bumi akan lebih meningkat.

Jika melihatnya secara global, maka telah diperkirakan bahwa gas rumah kaca bisa berkurang hingga 50% nantinya pada tahun 2050. Selain itu, selanjutnya bisa mengurangi 20-40% tingkat kematian dini yang dikarenakan polusi udara.

Untuk jangka panjang, selain untuk keberlanjutan ekosistem, hal ini sangat menguntungkan manusia. Generasi mendatang bisa mendapatkan udara yang lebih bersih, segar, dan berkualitas.

Hal ini penting untuk menjadi perhatian bersama, karena semua jenis permasalahan lingkungan dapat bertambah parah jika tidak segera ditangani bersama.

Memberikan Dukungan terhadap Teknologi yang Rendah Karbon

Berbagai jenis teknologi yang ramah lingkungan dan rendah karbon terus dikembangkan seiring dengan isu lingkungan yang semakin dilirik oleh berbagai kalangan.

Sejauh ini, perkembangan teknologi memang sudah banyak memudahkan kehidupan manusia. Namun, berbagai jenis teknologi juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan, salah satunya terjadinya penumpukan karbon di atmosfer bumi.

Adanya praktik perdagangan karbon dapat menjadi salah satu alternatif untuk mendukung berbagai perkembangan teknologi yang rendah karbon. Teknologi sejenis itu akan lebih ramah lingkungan dan turut membantu dalam melindungi bumi.

Jika perdagangan tersebut sudah semakin masif, maka akan memberikan dukungan untuk adanya roda pasar yang lebih rendah karbon. 

Mulai dari proses, produk yang dihasilkan, hingga berbagai teknologi yang digunakan dapat lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam hal ini.

Di Indonesia, pemerintah juga sedang merencanakan berbagai proses untuk mengembangkan teknologi yang rendah karbon. Sebagai contoh, untuk pembangkit listrik, pemerintah menargetkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) mencapai potensi tenaga hingga 3,6 gigawatt pada tahun 2015.

Jika target tersebut tercapai, maka dampak untuk bumi dan atmosfer akan lebih terasa di masa mendatang. Maka dari itu, perkembangan berbagai jenis teknologi yang rendah karbon perlu digagas secara lebih optimal.

Selain Indonesia, berbagai negara telah lebih maju dalam hal ini. Sudah tercipta berbagai teknologi rendah karbon yang telah mulai dipakai secara masif, contohnya yaitu dari segi alat transportasi.

Sebagai Upaya untuk Melakukan Praktik Rendah Karbon

Banyak sekali jenis aktivitas manusia yang memicu terjadinya kenaikan emisi karbon, lalu menumpuk di atmosfer bumi. Adanya perdagangan karbon, dapat menjadi upaya untuk melakukan praktik rendah karbon yang dilakukan secara masif.

Selain itu, tentu saja tidak mengabaikan kesejahteraan masyarakat, karena juga memperhatikan nilai efektivitas dan ekonomi. Meski bagaimanapun, aspek ekonomi memang tidak bisa diabaikan, maka dari itu telah muncul berbagai konsep untuk melaksanakan sistem ekonomi hijau.

Carbon trading dapat menjadi salah satu sarana untuk mencapai keseimbangan antara nilai ekonomi dan lingkungan. Dalam praktiknya, Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang mengambil peran sentral pada perdagangan ini.

Luasnya lahan di Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi untuk menyerap karbon dioksida sehingga bisa mengurangi efek gas rumah kaca. Jika perdagangan karbon ini diorganisasikan dengan baik, maka berbagai keuntungan lainnya juga bisa didapatkan oleh negara dan masyarakat Indonesia.

Memantau Jumlah Karbon yang Dihasilkan

Dengan adanya perdagangan karbon, maka pemerintah dapat melakukan pemantauan terhadap jumlah karbon yang dihasilkan oleh negara tersebut. Dengan adanya data tersebut, maka akan lebih mudah untuk mengontrol banyaknya emisi gas yang dilepaskan ke atmosfer bumi.

Berbagai tindakan untuk meminimalisir dampaknya juga bisa lebih diperhatikan lagi, sehingga semakin meningkatkan tanggung jawab bersama untuk melindungi bumi dan ekosistem di dalamnya.

Tanpa adanya sistem carbon trading atau berbagai regulasi sejenis yang mengikat, maka setiap pihak bisa saja secara terus-menerus mengeluarkan emisi karbon secara berlebihan.

Karena tidak dipantau, maka aspek lingkungan bisa saja semakin diabaikan. Industri besar mungkin hanya memperhatikan keuntungan tanpa peduli dengan efek rumah kaca yang mereka hasilkan sepanjang proses industri berlangsung.

Maka dari itu, praktik carbon trading menjadi hal yang sangat menguntungkan untuk kesejahteraan lingkungan, ekosistem, dan termasuk manusia di dalamnya.

Mendapatkan Keuntungan Ekonomi dan Membuka Peluang yang Baru

Untuk berbagai negara yang berpartisipasi dalam perdagangan ini, maka bisa membuka peluang ekonomi yang baru. Salah satu negara yang bisa memanfaatkan hal ini dengan baik yaitu Indonesia, yang diperkirakan dapat menyumbangkan hingga 75-80% kredit karbon dunia.

Jika persentase tersebut dihitung dalam konsep perdagangan karbon, maka Indonesia bisa mendapatkan hasil lebih dari 150 miliar dolar Amerika Serikat.

Angka tersebut terbilang cukup fantastis jika peluang ini bisa diambil dan dimanfaatkan dengan optimal oleh pemerintah dan masyarakat.

Berbagai lapangan pekerjaan baru yang mendukung optimalisasi carbon trading juga bisa terbuka. Peluang yang sangat baik ini, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka waktu yang panjang, mengingat sistem perdagangan ini juga menjadi target jangka panjang.

Jadi, selain melakukan upaya untuk melindungi lingkungan dan ekosistem, berbagai manfaat dari segi ekonomi juga bisa didapatkan. Ini merupakan salah satu harapan dari konsep ekonomi hijau yang sudah dicanangkan oleh berbagai pihak.

Dalam praktiknya, Indonesia memang sudah melakukan penjualan emisi karbon terhitung sejak tahun 2005. Contohnya, melalui proyek yang disebut sebagai Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism (CDM).

Proyek tersebut merupakan sebuah proyek penurunan gas emisi di berbagai negara berkembang. Tujuannya, supaya negara-negara tersebut bisa mendapatkan sertifikasi penurunan emisi atau CER (Certified Emission Reduction).

 

Cara Kerja Perdagangan Karbon

Carbon Trading: Kelebihan, Kekurangan, Regulasi, dan Dampak

Sistem carbon trading muncul karena berbagai negara semakin peduli tentang dampak emisi karbon yang hingga saat ini sudah banyak menumpuk di atmosfer bumi.

Jika dibiarkan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang, maka akan memberikan berbagai kerusakan untuk lingkungan dan ekosistem di dalamnya, termasuk kesejahteraan manusia. 

Maka dari itu, terbentuk kesepakatan tentang perdagangan karbon untuk meminimalisir berbagai dampak negatif di masa mendatang.

Jika dilihat secara garis besar, maka perdagangan ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perdagangan wajib atau yang disebut dengan mandatory carbon market dan perdagangan sukarela atau voluntary carbon market.

Selanjutnya, jika melihat dari segi mekanisme penjualannya, maka dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu perdagangan emisi dan perdagangan kredit karbon. Berikut merupakan penjelasan skema dari kedua jenis mekanisme perdagangan ini.

Skema untuk Perdagangan Emisi atau Emission Trading Scheme (ETS)

Nama lain dari skema ini yaitu sistem cap-and-trade. Skema pertama ini secara umum dipakai untuk pasar karbon atau transaksi karbon yang sifatnya wajib atau mandatory carbon market.

Sifat wajib tersebut muncul karena adanya pembatasan jumlah karbon yang diperdagangkan. Emisi yang diperdagangkan tersebut merupakan emisi karbon yang nantinya akan dihasilkan untuk masa mendatang.

Dalam perdagangan karbon dengan skema ini, peserta yang berpartisipasi dalam mekanisme pasarnya yaitu terdiri dari perusahaan, organisasi, serta bisa juga negara.

Kewajiban dari tindakan pembatasan atau pengurangan emisi ini diterapkan dengan bentuk allowance atau mengalokasikan kuota. Hal ini dilakukan untuk awal periode, sehingga jalannya proses selanjutnya bisa berjalan dengan baik.

Bagi peserta yang terkena pembatasan emisi, maka wajib untuk memberikan laporan secara berkala terkait jumlah emisi yang dihasilkan. Laporan ini ditujukan kepada lembaga yang ditunjuk dalam mekanisme perdagangan.

Dengan sistem ini, maka seluruh peserta dapat memprediksi dalam batas apa mereka boleh mengeluarkan emisi gas. Jika dirasa emisi tersebut bisa diminimalisir, maka hal tersebut akan lebih baik lagi.

Selanjutnya, pada akhir dari periode perdagangan, maka akan dilihat laporan pengeluaran emisi karbon dari setiap peserta. Jika ada peserta yang melewati batas dari jumlah yang diizinkan, maka perlu membeli allowance tambahan.

Mereka dapat melakukan pembelian kepada peserta yang memiliki kuota tidak terpakai atau jumlah emisi karbon yang dihasilkan tidak mencapai batas yang telah ditetapkan pada awal periode.

Begitu pula sebaliknya, peserta yang memiliki kuota tambahan, bisa melakukan penjualan kepada peserta yang membutuhkan tambahan kuota.

Skema untuk Melakukan Perdagangan Kredit Karbon

Selanjutnya, ada skema perdagangan kredit karbon atau yang sering juga disebut dengan sistem carbon offset atau baseline-and-crediting. Dalam mekanisme perdagangan karbon di skema kedua ini, tidak memerlukan sistem kuota atau allowances.

Hal yang menjadi komoditi pada skema ini yaitu sertifikasi dari penurunan gas emisi karbon. Itu merupakan akibat dari pelaksanaan sebuah proyek dengan tindakan mereduksi gas emisi karbon. 

Komoditi tersebut, di sini sering disebut sebagai kredit karbon. Biasanya, setiap penurunan satu ton dari karbon dioksida, maka akan mendapatkan satu unit kredit karbon.

Dalam praktik perdagangan melalui skema ini, maka nilai kredit karbon yang telah didapatkan pada akhir periode dapat dijual. Selanjutnya, nilai tersebut akan dipakai oleh peserta dalam memenuhi target penurunan emisi, atau bisa disebut bahwa hal ini menjadi peserta menjadi zero emission atau carbon neutral.

Melalui kedua penjelasan di atas, maka bisa dilihat perbedaan mekanisme dalam melakukan perdagangan karbon.

Untuk skema perdagangan emisi, nilai kreditnya telah ditetapkan sejak awal. Lalu, berbagai kredit baru dapat diperdagangkan atau diperjualbelikan menyesuaikan dengan hasil emisi karbon dari setiap peserta. Mereka yang memiliki kuota lebih bisa menjualnya kepada yang kekurangan kuota emisi.

Selanjutnya, untuk skema perdagangan kredit karbon, tidak mengenal sistem kuota. Nilai kredit karbon yang telah didapatkan dapat dijual kepada peserta lain yang membutuhkan.

 

Dampak dari Perdagangan Karbon

Carbon trading tentu saja dilaksanakan hingga saat ini bukan tanpa alasan. Ada berbagai dampak yang bisa didapatkan jika melakukan konsep perdagangan yang satu ini. dampak tersebut bisa dilihat dari segi lingkungan dan ekonomi.

Dampak bagi Lingkungan

Jika mengingat kembali berbagai manfaat yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka telah terbayang apa saja yang bisa didapatkan dari konsep perdagangan karbon ini.

Dampak yang dirasakan dalam hal ini bukan hanya ditujukan untuk saat ini, melainkan untuk jangka waktu yang panjang.

Untuk dapat mengetahui secara pasti dampak dari perdagangan ini terhadap lingkungan, telah ada sejumlah peneliti yang berusaha mencari tahunya.

Melalui sebuah penelitian yang pernah dilakukan di negara China, telah didapatkan bahwa terdapat potensi yang sangat besar dari perdagangan ini. Pengurangan emisi karbon dapat dilakukan dengan cukup baik di sini.

Jika melihat dari intensitas karbon industri, maka dalam kurun waktu tahun 2015 sampai 2020, diperkirakan emisi karbon telah berkurang atau diminimalisir sebanyak 17,17 miliar ton.

Angka tersebut tentu saja cukup fantastis dan bisa menjadi motivasi untuk negara lain dalam meminimalisir emisi karbon.

Sudah terlalu banyak aktivitas manusia, salah satunya dari bidang industri dan ekonomi, yang menghasilkan banyak emisi karbon untuk atmosfer bumi. Melalui konsep perdagangan ini, maka hal tersebut bisa mulai diminimalisir.

Jika bisa dilakukan secara optimal, maka bumi ini akan lebih terlindungi di masa depan. Generasi mendatang pun bisa menikmati udara dan kualitas lingkungan yang lebih asri dan bersih.

Dampak Ekonomi

Melihat dari asal katanya, maka perdagangan karbon tidak bisa lepas dari unsur ekonomi atau kegiatan berdagang. Dari aspek ekonomi, sistem ini juga dinilai cukup menguntungkan.

Di China, perdagangan ini bisa mendapatkan hasil keuntungan hingga angka 268,02 triliun yuan. Nilai tersebut didapat dalam jangka waktu dari tahun 2006 sampai 2015.

Tentu saja, hal ini cukup menggiurkan bagi berbagai negara lainnya yang memiliki potensi besar untuk melakukan partisipasi secara aktif. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat berpotensi dalam hal ini.

Negara ini memiliki lahan hutan yang terbilang cukup luas, sehingga bisa ambil banyak bagian dalam penyerapan karbon dioksida di atmosfer bumi. Sejak sebelum ada sistem carbon trading, Indonesia sudah memainkan peran ini secara aktif meski tanpa disadari.

Mengingat potensi ini, maka Indonesia juga sudah mencoba turut ambil peran dalam mekanisme perdagangan karbon. Jika bisa dimaksimalkan, maka hal ini bisa turut meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Jika melihatnya secara jauh lebih luas, berbagai jenis lapangan kerja baru juga bisa diciptakan melalui hal tersebut. Manfaat pun bisa didapatkan dengan lebih banyak lagi bagi Indonesia dan masyarakatnya.

Kedua jenis dampak tersebut, dampak lingkungan dan ekonomi, nantinya bisa mencapai sebuah keseimbangan yang baik. Kesejahteraan manusia bisa ditingkatkan, namun lingkungan juga tetap terjaga dengan baik hingga masa mendatang.

Namun, untuk kedua jenis dampak tersebut, masih butuh berbagai kajian yang lebih dalam supaya praktiknya bisa lebih optimal. Meski demikian, tapi sudah tergambarkan betapa banyak manfaat yang bisa didapatkan dari sistem perdagangan yang satu ini.

Itulah berbagai penjelasan dari perdagangan karbon, mulai dari pengertian, manfaat, cara kerja, hingga dampaknya untuk masa depan. Pada dasarnya, menjaga bumi merupakan tanggung jawab bersama, sehingga semua orang sudah selayaknya ambil bagian.

Salah satunya dengan turut serta dalam perdagangan karbon, terlebih jika Anda memiliki industri atau usaha skala besar atau sudah wajib untuk melakukan perdagangan ini. Dalam hal ini, Mutu Certification sebagai jasa sertifikasi dapat membantu Anda.

PT Mutuagung Lestari Tbk atau Mutu International merupakan perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1990. Kami melayani berbagai jasa pengujian, inspeksi, dan sertifikasi untuk berbagai macam industri. Tim ahli kami yang didukung oleh pengalaman selama lebih dari 30 tahun, bekerja untuk mengidentifikasi masalah dan menyarankan solusi yang sesuai, guna meningkatkan kinerja perusahaan Anda secara efektif dan efisien.

MUTU menyediakan jasa sertifikasi untuk berbagai sektor, yaitu sektor Pertanian (Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dan lain-lain, Industri Jasa Publik (sistem manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan, sistem manajemen keamanan informasi, dan lain-lain), Pangan (Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP)), sistem manajemen keamanan pangan, pangan organic, dan lain-lain), Ekonomi Hijau (sertifikasi gas rumah kaca, ISCC, dan lain-lain), Kehutanan (Forest Stewardship Council (FSC)), pengelolaan hutan produksi lestari, dan lain-lain) dan Produk Kehutanan (Ekolabel, Japanese Agricultural Standard (JAS), dan lain-lain).

Sejak berdirinya bergerak dibidang sertifikasi kehutanan dan industri yang telah memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), dan lembaga akreditasi mancanegara lainnya.Untuk melakukan pengurusan sertifikasi ISPO, Anda bisa menghubungi MUTU International.

Silahkan hubungi MUTU International melalui E-Mail: [email protected], Telepon: (62-21) 8740202 atau kolom Chat box yang tersedia. Hubungi MUTU International sekarang juga. Follow juga seluruh akun sosial media MUTU International di Instagram, Facebook, Linkedin, Tiktok, Twitter , Youtube dan Podcast #AyoMelekMUTU untuk update informasi menarik lainnya.