Industri yang Paling Besar Menghasilkan Pencemaran Udara

Industri yang Paling Besar Menghasilkan Pencemaran Udara

Pencemaran udara kini kian menjadi perhatian secara global. Sudah banyak upaya dari berbagai pihak untuk meminimalkan dampak lingkungan tersebut. Namun, terdapat industri pencemaran udara yang masih saja bertahan menyumbang polusi terbesar hingga kini.

Seakan jumlah kematian akibat pencemaran udara yang mencapai angka 8,7 juta di tahun 2021 tidak membawa pengaruh apapun. Ini tentu meresahkan, sehingga penting untuk mengetahui apa saja industri yang menyumbang polusi udara terbesar berikut ini.

Ini 7 Daftar Teratas Industri Pencemaran Udara

Polusi udara menjadi tiga teratas dari lima jenis polusi di dunia yang berdampak signifikan pada kehidupan manusia. Berbagai industri yang berkontribusi pada hasil tersebut bisa Anda simak di bawah ini:

  • Industri Energi dan Bahan Bakar

Listrik dan juga pemanas merupakan kebutuhan sehari-hari yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Ini menggambarkan alasan mengapa industri energi dan bahan bakar menempati peringkat pertama sebagai penyumbang pencemaran udara terbesar.

Manusia mengandalkan energi serta bahan bakar pada hampir keseluruhan aspek hidup. Misalnya, mengisi daya smartphone hingga memanaskan bangunan.

Pada negara yang mengandalkan bahan bakar fosil,  akan ada dampak berupa pelepasan karbon dioksida ke atmosfer dalam jumlah besar. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil tersebut berakhir pada kontribusi sebesar 17,5% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) secara global.

Kemudian, dampak bahan bakar fosil tidak cukup pada polusi udara saja. Laut pun turut terkena dampaknya. Tumpahan minyak meracuni ikan, burung, serta kehidupan laut. Bagaimana tidak, bila tumpahannya mencapai 700 metrik ton.

Kini semakin banyak orang yang ingin beralih ke energi ramah lingkungan. Meski begitu, pasar energi modern terus kedatangan peminat yang mencari minyak untuk bahan bakar fosil.

  • Industri Transportasi

Industri pencemaran udara kedua adalah industri transportasi. Transportasi menjadi penyumbang seperlima dari emisi karbon dioksida secara global. Terdapat empat kategori yang meliputinya, yakni jalan raya, kereta api, penerbangan, serta pelayaran.

Transportasi via jalan raya menyumbang sebesar 74,5% emisi karbon dioksida. Jumlah ini adalah yang paling tinggi di antara moda transportasi lainnya. 

Hal tersebut turut dipengaruhi oleh maraknya masyarakat yang memiliki mobil pribadi. Sementara itu, emisi karbon dioksida kendaraan penumpang per tahunnya adalah 4,6 metrik ton.

Apabila ingin ikut andil dalam meminimalkan dampak pencemaran udara, Anda bisa mulai dengan lebih sering naik transportasi umum. Lalu, melakukan perjalanan internasional serta menggunakan sepeda juga direkomendasikan.

Untuk sertifikasi terkait meminimalisir dampak lingkungan, Anda bisa andalkan MUTU International yang menyediakan berbagai sertifikasi komprehensif.

  • Industri Konstruksi dan Manufaktur

Polusi akibat industri konstruksi serta manufaktur terjadi hampir di seluruh bagian dunia. Industri ini menyumbang polusi tidak hanya di udara, namun juga di tanah, air, cahaya, hingga menimbulkan polusi suara.

Dampak polusi udara pada industri konstruksi serta manufaktur dipengaruhi oleh konsumsi berlebihan terhadap material mentah. Penggunaan material sebanyak 400 juta ton menghasilkan limbah 100 juta ton. Jumlah tersebut tentu perlu diturunkan jika tidak ingin dampak lingkungan yang semakin parah.

Sebanyak 50% ekstraksi terhadap sumber daya alam seluruh dunia juga menjadi tanggung jawab industri pencemaran udara yang satu ini. Lebih lengkapnya, terdapat ¼ konsumsi kayu, ⅙ konsumsi global air tawar, hingga ¼ konsumsi limbah secara global.

  • Industri Pertanian

Selanjutnya, terdapat industri pertanian yang bertanggung jawab terhadap emisi Gas Rumah Kaca sebanyak 5,79 miliar ton per tahunnya. 

Salah satu kontributor emisi gas rumah kaca pada industri pertanian adalah maraknya deforestasi dengan tujuan merubah lahan hutan menjadi lahan produksi pangan. Ini menjadikan tingkat emisi gas rumah kaca akan bertambah dan naik selaras dengan kenaikan populasi manusia.

Kemudian, terdapat pembakaran lahan pada industri pertanian yang membuat emisi global meningkat. Pembakaran lahan tersebut tetap berdampak negatif meski ditujukan untuk keperluan pertanian. Sebab, ribuan pohon yang akan menyerap karbon dioksida telah habis dibabat ketika membakar lahan.

  • Industri Ritel Makanan

Industri pencemaran udara satu ini menyumbang emisi gas rumah kaca 3,1 miliar ton setiap tahun. Jumlah tersebut berasal dari proses distribusi makanan yang dilakukan oleh para pengecer makanan. 

Lebih tepatnya, keseluruhan rantai pasokan pangan mulai dari ritel, pengemasan, hingga transportasi. 

Toko kelontong yang mengonsumsi energi akan mengeluarkan 1.383 metrik ton ekuivalen karbon dioksida. Ini belum ditambah dengan 1.556 metrik ton ekuivalen karbon dioksida yang berasal dari kebocoran pendingin.

Pendingin tersebut berkontribusi pada pemborosan energi. Sebab, terdapat 50% hingga 60% konsumsi listrik hanya dari pendinginan saja.

Pengangkutan dan pendistribusian makanan menuju supermarket pun akan menghasilkan banyak emisi. 

  • Industri Fashion 

Emisi gas rumah kaca dari industri fashion berjumlah 2,1 miliar ton per tahun. Kerusakan lingkungan akibat industri fashion bersumber dari lima alasan berikut ini:

  • Bahan Pakaian Murah

Fast fashion menjadi kekhawatiran yang kini belum menunjukkan penurunan. Sebab, material seperti kain hingga pewarna beracun yang murah dan bisa didapatkan dengan mudah jadi sumber pencemaran terbesar.

  • Lokasi Manufaktur Pakaian

Asia menjadi lokasi andalan bagi sebagian besar manufaktur pakaian dalam membuat produknya. Alasan dibaliknya adalah untuk menghemat biaya produksi. Untuk pendistribusiannya pun tentu menghabiskan banyak bahan bakar gas serta batu bara.

  • Konsumsi Air pada Produksi Pakaian

Selanjutnya, industri fashion menyebabkan eksploitasi terhadap pemakaian air hingga 93 miliar meter kubik air per tahunnya. Bila tidak dihentikan, risikonya adalah kekeringan bagi masyarakat setempat. 

  • Transportasi

Cukup banyak industri fast fashion yang beroperasi online. Ini membuat pemakaian energi lagi dalam bentuk pengiriman, khususnya via pelayaran atau kargo.

Sementara itu, pelayaran menyumbang sebanyak 2,5% dari jumlah keseluruhan ekuivalen karbon dioksida di seluruh dunia. Jumlah tersebut akan terus meningkat sebanyak 17% hingga tahun 2050.

  • Sampah

Perputaran pakaian akibat fast fashion cukup tinggi. 85% sampah tekstil dibuang setiap harinya. Ini akibat mengikuti tren, di mana pakaian hanya berlaku hingga tren tersebut tidak berlangsung lagi. Setelah itu, manufaktur pakaian akan memproduksi pakaian selanjutnya yang sedang tren. Begitu terus selanjutnya. 

  • Industri Teknologi

Satu lagi industri pencemaran udara yang penting Anda ketahui, yaitu industri teknologi. Sebanyak 1,02 miliar ton emisi gas rumah kaca  dihasilkan oleh industri ini. 

Ini berhubungan dengan jumlah perangkat sebanyak 30 miliar yang saling terhubung internet di dunia. Apabila terus bertambah, maka industri teknologi informasi akan menggunakan 20% dari keseluruhan listrik yang ada pada 2025. Lalu, menghasilkan emisi karbon dunia hingga 5,5%.

Tujuh peringkat teratas industri pencemaran udara tersebut semoga bisa menambah kesadaran Anda akan dampak lingkungan. Terlebih bagi Anda yang memiliki bisnis manufaktur, menerapkan praktik keberlanjutan untuk meminimalkan emisi karbon adalah kewajiban.

Anda bisa bekerja sama dengan MUTU International yang menyediakan sertifikasi terkait minimalisir pencemaran udara dan emisi karbon, seperti ISCC (International Sustainability and Carbon Certification).

MUTU International memiliki tim profesional yang ahli di bidangnya. Jadi, jangan ragukan kualitas pelayanan MUTU International! Hubungi kami untuk informasi sertifikasi yang lebih lengkap!